Teks
adalah esensi wujud bahasa. Dengan kata lain, teks direalisasi (diucapkan)
dalam bentuk wacana. Mengenai hal ini Van Dyk (dalam PWJ Nababan, 1987:64)
mengatakan bahwa teks lebih bersifat konseptual. Dari sinilah kemudian
berkembang pemahaman mengenai teks lisan dan teks tulis.
Banyak orang mempertukarkan istilah teks dan wacana. Sebenarnya, istilah
teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana pada bahasa lisan
(Dede Oetomo, 1993:4).
Dalam ilmu linguistik, khususnya analisis
wacana, dikenal adanya istilah konteks dan koteks. Adapun koteks adalah teks yang berhubungan dengan
sebuah teks yang lain. Dapat pula diartikan bahwa koteks adalah teks
yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya.
Teks lain tersebut bisa berada di depan (mendahului) atau di belakang
(mengiringi). Keberadaan koteks dalam suatu
struktur wacana menunjukkan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling
berkaitan satu dengan yang lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu wacana
menjadi utuh dan lengkap. Dengan demikian, koteks
berfungsi sebagai alat bantu memahami dan menganalisis wacana. Koteks dapat
pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat
berupa kalimat, paragraf, bahkan wacana. Contoh penggunaan koteks adalah
sebagai berikut.
Terimakasih.
Jalan
pelan-pelan! Banyak anak-anak.
Wacana
dua adalah peringatan bagi orang yang akan melewati jalan kampung. Apabila
pejalan telah menaatinya misalnya dengan mengurangi laju kendaraanya, maka
wacana satu adalah satu ucapan yang diberikan masyarakat setempat kepada
pejalan. Salah satu teks tersebut berkedudukan sebagai koteks (teks penjelas)
bagi teks lainnya.
Konteks
adalah lingkungan yang dimasuki sebuah kata (Gorys keraf, 2007: 67).
dalam banyak hal kosakata dapat diperluas melalui konteks, baik lisan maupun
secara tertulis. Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi.
Konteks dapat dianggap sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu perbincangan
atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, baik berkaitan
dengan arti, maksud maupun informasinya sangat tergantung pada konteks yang
melatarbelakangi peristiwa tuturan tersebut. Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis
besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan
konteks ekstralinguistik.
Grown, G. & Yule, G. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama