Berbicara wacana, tidak akan terlepas dari masalah kohesi dan koherensi.
Kohesi (Cohession) merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu
kohesi adalah 'organisasi sintaktik'. Organisasi sintaktik ini merupakan wadah teks
yang disusun secara padu dan juga padat. Jadi, kohesi adalah hubungan di antara
teks di dalam sebuah wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun dari segi
tingkat leksikal tertentu. Wacana juga dicirikan oleh kesinambungan informasi
yang diartikan sebagai kesatuan makna. Kesatuan makna dalam wacana ini pula
dapat dilihat dari segi makna logik dan makna kohesi.
Kohesi melihat wacana dari segi keruntutan unsur pendukung (bentuk). Kohesi
merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang
didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Menurut Halliday dan Hasan
(1976:5) bahwa kohesi merupakan satu set kemungkinan yang terdapat dalam bahasa
untuk menjadikan suatu 'teks' itu memiliki kesatuan. Hal ini berarti bahwa
hubungan makna baik makna leksikal maupun makna gramatikal, perlu diwujudkan
secara terpadu dalam kesatuan yang membentuk teks. Halliday dan Hasan (1976:7)
melihat makna kohesi dari dua sudut, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal. Kedua-dua gramatikal ini terdapat dalam sesuatu kesatuan teks. Kohesi
ini juga memperlihatkan jalinan ujaran dalam bentuk kalimat untuk membentuk
suatu teks atau konteks dengan cara menghubungkan makna yang terkandung di
dalam unsur. Kaedah kohesi ini lebih dikenali dalam istilah perujukan,
penggantian, pengguguran, konjungsi dan gramatikal leksikal.
Selain keutuhan, sebuah wacana antar teks
(terdiri atas beberapa kalimat) mempunyai pertalian yang berfungsi untuk
menjalin makna diantara kalimat dalam teks tersebut. Inilah yang sering
diistilahkan sebagai koherensi. Kohesi melihat wacana dari segi isi
(informasi). Koherensi sangat erat kaitanya dengan kohesi. Hal ini dibuktikan
bahwa sebuah teks akan bermakna apabila terdapat pertalian hubungan diantara
unsur-unsur teks tersebut.
Kehadiran kohesi dan koherensi sangat diperlukan dalam pembentukan keutuhan
wacana tulis. Kekohesifan wacana tulis ditentukan oleh adanya perpaduan bentuk
antarkalimat yang membentuk wacana itu, sedangkan kekoherenan wacana ditentukan
oleh adanya keterpautan makna antarkalimat/ antarparagraf yang membentuknya. Secara
garis besar, jelas bahwa piranti-piranti kohesif digunakan untuk membangun teks
yang menunjukkan hubungan antarklausa dalam kalimat dan antarkalimat dalam
paragraf sehingga hubungan antarparagraf dalam wacana rubrik tersebut menjadi
koheren.