Pertarungan Sastrawan dan Peramal


.


Sejauh ini, kita tahu bahwa sastrawan berkecimpung di dunia seni karya sastra, baik puisi, cerpen, ataupun novel. Dalam penulisan karya sastra, tidak jarang seorang sastrawan menuliskan kejadian yang telah ada menjadi fakta dan kejadian yang belum ada menjadi sebuah imanjinasi. Dari sinilah tema pertarungan antara sastrawan dan peramal lahir, yakni ketajaman keduanya menebak masa depan. Kalau berbicara soal masa depan, memang tidak ada satupun orang di dunia ini yang bisa tahu, kecuali asal tebak saja. Pernah dengar seorang peramal berkataSaya tidak bisa merubah nasib anda, saya hanya akan membantu anda menjadi lebih baik”.
Semua orang pasti tahu, peramal adalah salah satu profesi yang mulai di lirik masyarakat saat ini. Kepandaiannya memberi sugesti klien dapat berbuah kemujuran dengan kocek rupiah yang dihasilkan dan kepercayaan tentang kehebatan dirinya menebak masa depan. Gelar peramal di tujukan bagi orang-orang yang bergelut di dunia prediksi-memprediksi, mungkin ada unsur kebetulan ketika seorang peramal berkata besok anda akan mendapatkan keberuntungan dan ternyata pada saat di kampus mendapatkan nilai ujian yang sangat memuaskan karena memang sebelumnya telah belajar. Peramal lain mengatakan Jodoh anda akan datang bulan ini dan tepat bulan yang ditentukan memang waktu pertunangan yang sebelumnya telah dipersiapkan. Atau ketika seorang ahli nujum (peramal) dalam sebuah acara televisi mengatakan bahwa pada tahun 2012 akan terjadi kiamat, sementara di luar sana sedang digarap sebuah film berjudul 2012 dengan latar dunia porak-poranda, kehancuran membentang luas, sehingga semua orang tersugesti akan datang hari kiamat tepat pada tahun 2012.
Di Tabanan dan sekitarnya banyak orang menjadi “sakit”, Bupati “sakit”, pensiunan bupati “sakit”, mantra “sakit”. Bahkan pesuruh kantor pun “sakit”. Tidak begitu jelas, “sakit” apa dan karena apa mereka “sakit”
Sepenggal cerita yang ditampilkan sastrawan Putu Wijaya dalam novelnya mengisahkan betapa orang-orang di  negeri ini telah “sakit”. Novel itu di tulis pada tahun 1996, entah itu hanya kejadian nyata ataukah hanya sebuah imajinasi masa depan tentang negara ini.
Ketika masalah membelit, kekurangan dimana-mana melilit, apa yang akan dilakukan orang jika mengalami hal itu? Orang-orang tertentu akan langsung mendatangi peramal, yang merupakan salah satu sahabat dukun, atau bisa dikatakan, peramal adalah dukun masa kini. Peramal yang baik akan langsung mengatakan “Ini hanya cobaan belaka, jika ingin terlepas dari cobaan ini, anda harus mengikuti nasehat saya”, dan si pelanggan akan mengikuti langkah-langkah yang harus dilakukan bergantung peramal yang ditemui apakah spesialis kartu, bola ajaib atau spesialis sms. 
Kalau mati, dengan berani
            Kalau hidup, dengan berani
Kalau keberanian tidak ada. Itulah sebabnya setiap bangsa asing jajah kita
 (Pramoedya Ananta Toer, 2003)

Saat sedang melamun di depan televisi, terlihat seorang peramal dengan gaya yang khas mengatakan “Ketik REG spasi Primbon, kirim ke 7288, saya akan membantu anda melihat masa depan” dengan pengulangan tiga kali.
Berbicara masa depan, tidaklah hal yang mudah karena konsep masa depan di pengaruhi pandangan manusia itu sendiri, kehidupan manusia yang carut marut dengan tingkat kejahatan yang beragam. Mulai dari peperangan, pembunuhan, pemerkosaan, serta kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan manusia sendiri. Dengan demikian, kegagalan-kegagalan yang menjegal, kesulitan yang membelit, ataupun rintangan yang menantang hanyalah sebuah perantara untuk mempertajam mata hati kita. Dari sana, kita akan mengevaluasi seluruh perbuatan yang telah kita lakukan untuk selanjutnya menyempurnakan apa yang kurang. 
Sekarang, siapa yang paling manjur prediksinya, sastrawan atau peramal??
Yang mana jagoanmu??

Your Reply

Pertarungan Sastrawan dan Peramal


Sejauh ini, kita tahu bahwa sastrawan berkecimpung di dunia seni karya sastra, baik puisi, cerpen, ataupun novel. Dalam penulisan karya sastra, tidak jarang seorang sastrawan menuliskan kejadian yang telah ada menjadi fakta dan kejadian yang belum ada menjadi sebuah imanjinasi. Dari sinilah tema pertarungan antara sastrawan dan peramal lahir, yakni ketajaman keduanya menebak masa depan. Kalau berbicara soal masa depan, memang tidak ada satupun orang di dunia ini yang bisa tahu, kecuali asal tebak saja. Pernah dengar seorang peramal berkataSaya tidak bisa merubah nasib anda, saya hanya akan membantu anda menjadi lebih baik”.
Semua orang pasti tahu, peramal adalah salah satu profesi yang mulai di lirik masyarakat saat ini. Kepandaiannya memberi sugesti klien dapat berbuah kemujuran dengan kocek rupiah yang dihasilkan dan kepercayaan tentang kehebatan dirinya menebak masa depan. Gelar peramal di tujukan bagi orang-orang yang bergelut di dunia prediksi-memprediksi, mungkin ada unsur kebetulan ketika seorang peramal berkata besok anda akan mendapatkan keberuntungan dan ternyata pada saat di kampus mendapatkan nilai ujian yang sangat memuaskan karena memang sebelumnya telah belajar. Peramal lain mengatakan Jodoh anda akan datang bulan ini dan tepat bulan yang ditentukan memang waktu pertunangan yang sebelumnya telah dipersiapkan. Atau ketika seorang ahli nujum (peramal) dalam sebuah acara televisi mengatakan bahwa pada tahun 2012 akan terjadi kiamat, sementara di luar sana sedang digarap sebuah film berjudul 2012 dengan latar dunia porak-poranda, kehancuran membentang luas, sehingga semua orang tersugesti akan datang hari kiamat tepat pada tahun 2012.
Di Tabanan dan sekitarnya banyak orang menjadi “sakit”, Bupati “sakit”, pensiunan bupati “sakit”, mantra “sakit”. Bahkan pesuruh kantor pun “sakit”. Tidak begitu jelas, “sakit” apa dan karena apa mereka “sakit”
Sepenggal cerita yang ditampilkan sastrawan Putu Wijaya dalam novelnya mengisahkan betapa orang-orang di  negeri ini telah “sakit”. Novel itu di tulis pada tahun 1996, entah itu hanya kejadian nyata ataukah hanya sebuah imajinasi masa depan tentang negara ini.
Ketika masalah membelit, kekurangan dimana-mana melilit, apa yang akan dilakukan orang jika mengalami hal itu? Orang-orang tertentu akan langsung mendatangi peramal, yang merupakan salah satu sahabat dukun, atau bisa dikatakan, peramal adalah dukun masa kini. Peramal yang baik akan langsung mengatakan “Ini hanya cobaan belaka, jika ingin terlepas dari cobaan ini, anda harus mengikuti nasehat saya”, dan si pelanggan akan mengikuti langkah-langkah yang harus dilakukan bergantung peramal yang ditemui apakah spesialis kartu, bola ajaib atau spesialis sms. 
Kalau mati, dengan berani
            Kalau hidup, dengan berani
Kalau keberanian tidak ada. Itulah sebabnya setiap bangsa asing jajah kita
 (Pramoedya Ananta Toer, 2003)

Saat sedang melamun di depan televisi, terlihat seorang peramal dengan gaya yang khas mengatakan “Ketik REG spasi Primbon, kirim ke 7288, saya akan membantu anda melihat masa depan” dengan pengulangan tiga kali.
Berbicara masa depan, tidaklah hal yang mudah karena konsep masa depan di pengaruhi pandangan manusia itu sendiri, kehidupan manusia yang carut marut dengan tingkat kejahatan yang beragam. Mulai dari peperangan, pembunuhan, pemerkosaan, serta kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan manusia sendiri. Dengan demikian, kegagalan-kegagalan yang menjegal, kesulitan yang membelit, ataupun rintangan yang menantang hanyalah sebuah perantara untuk mempertajam mata hati kita. Dari sana, kita akan mengevaluasi seluruh perbuatan yang telah kita lakukan untuk selanjutnya menyempurnakan apa yang kurang. 
Sekarang, siapa yang paling manjur prediksinya, sastrawan atau peramal??
Yang mana jagoanmu??

0 komentar:

Posting Komentar