Nyonya Topi Bundar


.





              “Pokoknya kali ini kita harus berhasil!“ kata Shima, satu-satunya cewek yang ikut dalam petualangan empat sahabat itu.
              “Iya, kemarin gara-gara kalian terlambat, semua rencana kita jadi gatot alias gagal total!” tambah Joe sambil melirik kearah si kembar Mix dan Nix yang hanya bisa tersenyum mendengar perkataan kedua temannya. Mix dan Nix adalah saudara kembar yang juga mempunyai sifat kembar, selalu telat. Mereka tidak pernah pilih acara untuk telat, dalam misi segenting apapun.
              “Rencana kita kali ini apa lagi sich, capek harus bawa barang seberat ini?” keluh Mix bersaudara sambil membawa rangsel dan menjinjing tas di tangan kanan dan kirinya. Mereka telah menyiapkan semua keperluan untuk melancarkan misi. Obeng, tali, gunting, senter, katapel hingga raket nyamuk telah masuk dalam rangsel. Bak tentara yang akan bertempur di medan perang, jauh-jauh hari mereka telah berlatih keras. Naik turun tanjakan, berguling, memanjat pohon, dan latihan fisik lainnya.
              “Itu hukuman untuk kalian karena sering terlambat,” sambung Shima menanggapi keluhan si kembar.
              “Kali ini kita akan mencoba masuk dari atap rumah.” Mereka mencoba plan B setelah sebelumnya plan A gagal.
              “Apa? maksudmu kita akan naik ke atas genting rumah?” Mix dan Nix seolah tak percaya.
              “Dulu kita sudah mencoba berbagai cara untuk bisa masuk ke rumah itu, tapi apa hasilnya, kita selalu gagal. Malahan apa kalian ingat, waktu kita mencoba baik-baik bertamu ke rumah itu, baru memencet bel rumah, anjing penjaga bergigi tajam menggonggong dengan kerasnya. Bayangkan jika taringnya mengoyak tubuh kita.”
              “Iya juga sich…….menakutkan.”
              “Ayo, sebelum kita melaksanakan misi rahasia kita untuk membongkar kejahatan Nyonya Topi Bundar, kita goyangkan kepala tiga kali kemudian toss!!” Petualangan hari itu pun dimulai. Joe berhasil naik ke atap rumah, disusul Shima yang dengan sigap berhasil menyusul Joe menaiki atap. Giliran Mix mencoba memanjat, tetapi karena badannya yang tambun, ia beberapa kali terpeleset. Akhirnya Mix menaiki punggung Nix dan meloncat ke atap rumah. Usaha mereka hampir saja berhasil, kalau tidak karena aba-aba mereka yang salah. Seharusnya dihitungan ketiga Mix meloncat, tetapi malah setelah hitungan ketiga Mix baru meloncat. Akibatnya, Mix mendarat di atap dengan dentuman keras, beberapa genteng Nyonya Topi Bundar retak parah. Seketika anjing penjaga menggonggong tanpa henti karena ada “kucing yang bisa bicara” menyusup ke dalam rumah. Lagi-lagi plan B dinyatakan gagal.
              “Sepertinya kita harus meminta bantuan orang dewasa untuk menyelesaikan misi kita.”
              “Apa kamu percaya dengan orang dewasa, mereka sering tidak mempercayai pemikiran kita, bahkan orang dewasa sering mengatakan kita hanyalah anak-anak dan akan hidup di dunia anak-anak sampai nantinya kita dewasa.“
              “Bagaimana kalau kita coba lagi besok malam, kalau perlu tengah malam saat dia sedang tertidur lelap.“
              “Iya, aku setuju. Kemarin kita melancarkan misi terlalu sore, Nyonya Topi Bundar belum tidur, sedikit suara saja dengan sigap ia menyuruh anjingnya menggonggong.” Alasan yang meyakinkan dari Mix.
              “Tumben idemu bagus, baiklah besok kita berkumpul di rumah Shima sehabis sekolah.” Keempat sahabat itu belum juga lelah untuk menyelidiki rumah Nyonya Topi Bundar. Tidak hanya sekali mereka menangkap gerak gerik mencurigakan. Mereka sudah bertetangga lama, tetapi bahkan nama saja mereka tidak tahu. Karena wanita tua itu selalu memakai topi bundar yang lumayan lebar, mereka dan semua tetangga memanggilnya Nyonya Topi Bundar. Dia jarang sekali berkomunikasi, bahkan hampir tidak pernah. Ia lebih sering keluar malam sendirian. Melakukan urusannya sendiri seperti tidak membutuhkan orang lain. Sebutan makhluk sosial tentu tidak akan berlaku untuknya.
J   
              Seragam sekolah masih melekat di tubuh-tubuh mungil, ketika mereka berkumpul di rumah Shima. Joe terlihat seperti ilmuan dengan kacamata bundarnya, Mix dan Nix dengan seragam seperti melilit tubuhnya yang berlemak, seolah seragam itu ingin mengatakan untuk meminta dipensiunkan karena kekecilan, dan Shima terlihat sedikit anggun memakai seragam, dengan rok mini sekolah menampakkan sifat perempuannya. Persahabatan diantara mereka telah terjalin sejak TK, tepatnya ketika wisata keluarga antar sekolah. Sekarang Joe dan Shima berada di kelas A, kelas dengan anak-anak IQ di atas rata-rata sedangkan Mix bersaudara berada di kelas bakat, kelas anak-anak yang unggul dibidang non akademik. Rumah mereka berjauhan, tetapi hampir setiap hari mereka bertemu untuk bermain atau sekadar membicarakan model mainan terbaru.
              “Aduh, makanan saja yang kalian urusi, pantas beberapa kali kalian memecahkan genteng Nyonya Topi Bundar dengan perut kalian yang gendut itu.” Mix dan Nix datang dengan sisa makanan di mulutnya. Pasti mereka buru-buru menghabiskan makanannya, berharap Joe dan Shima tidak mengetahuinya.
              “Heheheh….” Tanpa rasa bersalah Mix dan Nix hanya cekikian mendegar omelan Shima.
              “Tau nggak, aku habis membaca buku tentang petualangan seorang anak berusia 9 tahun. Ia berhasil menyusup ke dalam rumah seorang penyihir jahat dan menyelamatkan teman-temannya yang hendak dimakan penyihir. Bagaimana kalau kita buat rencana seperti anak itu.”
              Joe mulai menjelaskan rencana C kepada teman-temanya. Joe menyebut rencana itu sebagai “Ambil topi penyihir dan dia akan memberikan tongkatnya.” Selama ini rencana kita selalu gagal karena kita selalu menyusup, itu cara kuno. Sekarang kita harus memancing dia keluar sarang, setelah itu kita bisa masuk rumahnya dengan santai tanpa mengendap-endap. Kita bisa mengungkap kejahatan Nyonya Topi Bundar dan mendapat penghargaan. “Apakah kita bisa masuk majalah bersama bapak wali kota Sender?” Shima mulai mengigau tentang kesuksesannya di masa depan. Ia sangat berambisi menjadi wali kota. Katanya menjadi wali kota ibarat berselancar di musim kemarau. Sungguh perumpamaan yang aneh.
              “Kemarin, saat aku dan mamaku pergi ke pasar, aku melihat Nyonya Topi Bundar membawa bungkusan hitam persis seperti yang di lihat Joe beberapa hari lalu. Aku hanya berani memandangi tanpa berani menyapa. Aura misteriusnya membuat bulu kudukku berdiri,” ungkap Shima dengan nada mencekam.
              “Kira-kira apa ya isi bungkusan yang dibawa?” tambah Joe.
              “Jangan-jangan mayat hasil mutilasi, setelah dibunuh, mayatnya dipotong-potong kemudian direbus, dimakan dech.”
              “Kalian selalu saja ujung-ujungnya soal makanan, ini manusia bukan kue lemper.” Mix dan Nix selalu bersemangat ketika bercerita, bahkan mengenai hal yang tidak penting sekalipun. Sayangnya Shima dan Joe selalu tertarik dengan cerita mereka. Mix dan Nix tidak pernah memenangkan lomba olahraga ataupun olimpiade sains, tetapi mereka sangat ahli bercerita. Segala sesuatu tampak menarik ketika mereka yang bercerita.
              Joe dan ketiga sahabatnya siap beraksi. Mereka telah berdiri di depan rumah target operasi, ya Nyonya Topi Bundar. Mix dan Nix bersiap memencet bel rumah, Joe meletakkan keranjang yang berisi aneka kue lezat dan sedikit makanan anjing di depan pintu. Tak berselang lama, Nyonya Topi Bundar dan anjingnya membuka pintu rumah. Mereka berharap kue itu bisa mengalihkan perhatian Nyonya Topi Bundar. Saat itu, Joe dan Shima telah siap memasuki pintu belakang. Entah bagaimana bentuk rumah Nyonya Topi Bundar, ketika Joe dan Shima membuka pintu belakang dan melangkah, kaki mereka seolah melayang ke dalam lubang besar yang gelap, tanpa tahu kemana mereka akan berujung.
              “Bruak!!” Joe dan Shima jatuh tepat di ruang tengah, disusul Nix tak berselang lama, Mix juga ikut meluncur ke ruang tengah menimpa setumpuk barang milik Nyonya Topi Budar. Suara gaduh tak terelakkan.
              “Siapa di sana?”
              “Ti..kus…..” lagi-lagi tragedi “kucing bicara” kembali terulang. Kali ini Nix yang dengan santai menjawab. Mana ada tikus bisa bicara. Mungkin karena mereka sering memainkan pappet shop (boneka tangan) dengan cerita fabel yang memerankan karakter tokoh hewan yang bisa berbicara layaknya manusia. Dalam dunia nyata, Mix dan Nix sering mengganggap bahwa hewan mampu berbicara.
              Shima tanpa sengaja menyenggol kresek yang berisi benda tajam hingga jarinya tertusuk. Ia setengah menjerit.
              “Apa yang kalian lakukan di sini?” Tanya Nyonya Topi Bundar dengan tatapan sinis, lebih tepatnya seperti sebuah interogasi pada narapidana yang siap dihukum gantung. Nafas sesak, tak sepatah kata mampu terucapkan.
              “Em kami cuma……” Nix berusaha dengan keras menjelaskan, tetapi kalimatnya terputus.
              “Sejak kapan Nyonya membuat ini semua?” Shima memberanikan diri untuk bertanya mengenai apa yang terlihat di matanya. Apakah hanya ilusi pandangan manusia atau sebuah keajaiban.
              “Untuk apa Nyonya membuat ini semua,” sambung Joe. Malam itu, mata kami seolah melihat langsung bintang yang berjatuhan di bumi. Cahaya terang memantul-mantul dari kaca yang tertata begitu indah di rumah Nyonya Topi Bundar. Pasti butuh berhari-hari untuk menciptakan keindahan seperti yang tertangkap mata kami atau mungkin butuh puluhan tahun. Yang kami tahu, Nyonya Topi Bundar sudah tinggal di rumah itu jauh sebelum kami lahir. Mungkin ia telah menghabiskan sisa umurnya untuk membuat rumah kaca itu. Nyonya Topi Bundar melapisi hampir di semua bagian dinding dalam rumahnya dengan pecahan kaca. Ketika malam hari, kaca-kaca itu akan memantulkan cahaya menakjubkan bak kilatan emas, seperti yang kami lihat sekarang.
              “Semua ini untuk suamiku……” suaranya terdengar berat dan bergetar.
              “Bukankah suami Nyonya sudah meninggal?” tanya Mix polos.
              “Ya, ini kado untuknya….” Semua tetangga sudah mengetahui bahwa suami Nyonya Topi Bundar telah lama meninggal. Sejak saat itu, Nyonya Topi Bundar mengurung diri di rumah, hanya sesekali ia keluar untuk membeli keperluannya. Tanpa melihat atau menyapa orang di sekelilingnya. Setiap hari hanya baju hitam atau biru tua dengan topi bundarnya yang ia kenakan, seolah mengabarkan rasa berkabungnya belum usai. Ia merawat kenangannya di dalam rumah tanpa ada orang yang tahu. Apapun alasannya untuk menjalani pilihan dalam hidupnya, kami berusaha memahaminya. Malam penuh percikan cinta. Begitulah kami mengagumi kisah kesetiaan Nyonya Topi  Bundar kepada suaminya. Misi selesai.
             

                                                                                 Edc. Cerita Anak
                                                                                 Tuban, 21 Oktober 2014

Ngrumpi Yuuk


.



1.      Kasihan atau bangga
            Apa yang kamu rasakan ketika memandang sayup wajah kedua Orangtuamu yang telah renta sedang duduk menepis jendela.
 Kasihan ?
            Jawabannya salah.
            Orang tua ibarat besi, mereka tangguh dan perkasa. Tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka apalagi soal keberhasilan anaknya. Lihat saja seorang bapak yang rela “jual tulang” menjadi buruh panggul di pasar-pasar. Seorang ibu yang bersahabat dengan jilatan matahari menjajakan jualannya dari jalan ke terotoar dengan kulitnya yang lekat. Nampak jelas bertapa beban yang mereka panggul, tetapi apakah sebagai anak kamu pernah mendengar keluh dari mulut mereka ? Beban mereka itu ialah segelintir contoh kasih sayang mereka untuk anak tercinta yakni kamu.
            Orang tua adalah inspirasi. Melihat matanya yang teduh menjadikan rasa damai dihati. Menatap raut wajah mereka yang telah dimakan usia menumbuhkan semangat untuk terus melindungi mereka. Berbincang pada saat makan atau nonton televisi memberikan ide-ide baru dalam hidup apalagi ketika kita dihadapkan dengan suatu masalah yang berat, merekalah topangan kita bersandar. Percayalah sepenuhnya kepada Orang tua. Meraka akan selalu memilihkan yang terbaik. Jika merasa ragu dengan pilihan mereka, proteslah dan koreksilah dengan sopan, Orang tua akan menjawabnya dengan bijak. Oleh karena itu, berbanggalah bagi kalian yang masih merasakan kasih sayang Orang tua.






2.      Antarkan aku pak  . . .
            “Antarkan aku pak kekampus UNESA Lidah wetan Gg. 7 . . . .”
            “Siap mbak . . .”
             Profesi yang satu ini semakin hari semakin tenar. Ya. Tukang Ojek. Jalan-jalan tidak akan ramai jika seandainya Tukang Ojek diliburkan. Tukang ojek hanya melayani orang-orang yang tidak mempunyai kendaraan pribadi karena jika orang itu mempunyai kendaraan pribadi tidak akan buang waktu dengan naik ojek. Pengecualiaan bagi orang-orang yang tidak bisa berkendara sendiri dan orang malas.
            Jalanan akan sepi ketika para Tukang ojek kembali keperaduannya yakni menjelang malam. Tukang ojek mulai berpatroli dari jam 7 pagi, kecuali bagi yang membutuhkan uang lebih biasanya mereka datang lebih pagi. Dalam dunia perojekan terdapat sistem peraturan yang sebelumnya disepakati bersama. Mereka membagi daerah kekuasaan, seperti preman saja. Jika ada Tukang ojek yang berani berpatroli didaerah yang bukan jatahnya akan diberi saksi, menurut kesepakatan bersama.
            Cara kerja para Tukang ojek dalam menjalankan profesinya juga terdapat peraturan yakni saling bergantian mengantarkan pelanggan agar semua terbagi rata. Akan tetapi ada juga yang menggunakan sistem “siapa cepat dia untung” artinya diantara jejeran tukang ojek tersebut saling berebut untuk mencari pelanggan bahkan kadang dengan mengelus-elus motornya sampai kinclong demi kenyamanan pelanggan, ibarat hotel saja . . .
           
           


1 kacang 2 biji


.



   
1 Kacang 2 Biji

                 “Malu aku jadi saudara kembarmu, masak lagi-lagi ngerjain soal matematika gitu saja kamu nggak pernah bisa……” Elbi menyentil dahi saudara kembarnya Alba yang berdiri di luar kelas sambil mengangkat satu kakinya karena mendapat hukuman tidak mengerjakan PR matematika. Alba hanya manyun mendengar perkataan saudara kembarnya itu. Elbi yang baru saja ke toilet sudah menduga akan melihat saudaranya berdiri di luar kelas karena hari ini adalah waktu jam pelajaran matematika. Pelajaran yang paling tidak disukai saudaranya. Elbi dan Alba adalah saudara kembar beda jenis alias cewek dan cowok. Elbi, kakak Alba adalah murid laki-laki paling popular di sekolah, ia sering mengukir prestasi, baik dalam akademik maupun nonakademik. Segudang keahlian seakan ia borong tanpa menyisakan sedikitpun untuk Alba. Sedangkan Alba adalah murid perempuan yang sering sekali mendapat panggilan BP karena ulah nakalnya. Di sekolah, Alba juga terkenal tapi terkenal sebagai saudara kembar Elbi yang bodoh. Seisi sekolah, baik diantara teman maupun guru hampir tidak menemukan sedikitpun kemiripan dalam diri mereka, meskipun mereka terlahir dalam janin yang sama. Elbi mempunyai hidung yang mancung, senyum yang menawan yang membuat gadis-gadis tersihir, dan tentunya kepandaiannya yang mengagumkan, apalagi saat bermain biola. Kebalikan dari itu semua, Alba mempunyai hidung yang agak kecil dan penampilannya sungguh memprihatinkan untuk disebut sebagai seorang wanita, benar-benar jauh dari kesan cantik. Alba lebih suka memakai pakaian ala lelaki dan hobi panjat memanjat serta gaya bicaranya ceplas ceplos tidak ada titik maupun koma. Alba selalu uring-uringan jika dibanding-bandingkan dengan Elbi.
                “Aku turut berduka cita melihatmu hari ini dihukum lagi ama bu Mia yang killer itu, hahaha” segerombolan teman-teman cewek sekelas Alba yang baru keluar kelas untuk istirahat menertawakan Alba yang hampir setiap ada PR dari Bu Mia selalu tidak dikerjakan dan selalu pula mendapat hukuman berdiri di luar kelas.
              “Kayak kamu nggak tahu saja, Alba kan selain hobi panjat memanjat juga punya hobi baru, dihukum bu Mia….hahahah”
                  “Aku heran kenapa Elbi bisa punya saudara kembar yang idiot begini….”
                  “Eh Elbi datang…..” teman sekelas Alba yang dari tadi meremehkan dan menghina Alba sesaat langsung diam melihat Elbi dari kejauhan berjalan kearah mereka. Umur Alba dan Elbi memang sama, tapi di sekolah Elbi menjadi kakak kelas Alba. Kepandaian Elbi membuatnya mampu masuk kelas percepatan sehingga ia bisa lompat kelas.
                  “Mama menyuruhku memberikan ini untukmu, katanya ini uang sakumu yang tertinggal.” Alba mengambil uang itu, tapi kemudian membuangnya dan berlari meninggalkan saudara kembarnya. Elbi pun hanya diam melihat sikap Alba. Kemudian dengan gayanya yang cool Elbi berjalan meninggalkan teman-teman Alba yang masih saja menatapnya dari kejauhan. Apapun yang dilakukan Elbi selalu tampak menawan dihadapan cewek-cewek.
*****
                  “Baru sampai di tempat camping perutku sudah keroncongan, ada yang bawa snack nggak?”
                  “Huuuu dasar kamu urusan perut aja didahuluin, ambil tuch makanan di tasku tapi awas jangan dihabiskan.”
            “Aku baru tahu El ternyata selama ini kamu punya jimat yang selalu kamu bawa kemanapun…heheh.”
                  “Jimat apaan? memangnya aku penganut aliran sesat?”
                  “Ini….renda…renda…..” Ode, teman baik Elbi tiba-tiba saja mengeluarkan celana dalam berenda berwarna merah. Elbi yang melihat hal itu dengan sigap langsung mengambilnya.  Semua teman gank Elbi yang mengetahui hal itu tertawa dengan puasnya. Elbi masih berpikir kenapa bisa ada celana dalam seperti itu di tasnya. Tetapi hanya ada satu alasan hal itu bisa terjadi. Elbi kemudian membungkus celana dalam itu dengan kertas dan menemui Alba.
                  “Ini punyamu….”
                  “Apa? uang saku lagi?”
                  “Kenapa ini bisa ada dalam tasku?” dengan nada marah tapi pelan Elbi menanyakan alasan celana dalam itu bisa nungkring ditasnya sambil menunjukkan isi bungkusan yang ia bawa.
                  “Kenapa ini bisa ada di dalam tasmu?! aku meminta Mama menaruhnya dalam tasku, karena aku terburu-buru. Jangan-jangan Mama salah menaruhnya, tas punggung kita kan hampir sama.”
                  “Kamu selalu membuatku nampak memalukan dihadapan teman-temanku”
         “Apa? teman-temanmu melihatnya? kamu seharusnya menghalanginya!” jawab Alba sambil memukul-mukul Elbi karena kesal.
                  “Ngomong-ngomong sejak kapan kamu mulai memakai yang berenda?” Mendengar perkataan Elbi itu, Alba tidak menjawab apa-apa. Ia malah menendang kaki Elbi sebagai jawaban atas pertanyaannya. “Hahahah……” Elbi bukannya kesakitan, tapi justru tertawa lebar melihat ekspresi malu wajah saudara kembarnya yang perlahan telah beranjak dewasa.
*****
                  “Kenapa kamu masih duduk disini, apa kamu tidak tahu kalau Alba lagi bikin heboh seluruh sekolah?
                  “Dia kenapa?”
                  “Katanya dia mengancam mau terjun dari atap sekolah.” Mendengar ucapan temannya, Elbi yang sedang makan di kantin langsung berlari, Elbi melihat telah ada banyak guru dan murid berkumpul di halaman sekolah sambil berteriak-teriak memanggil nama Alba. Dari kejauhan, Elbi melihat Alba telah sampai di atap gedung sekolah. Tanpa basa basi Elbi menaiki gedung sekolah merangkak perlahan hingga sampai ke atap gedung untuk menyelamatkan saudara kembarnya, Alba. Sementara guru dan murid-murid masih terdengar samar berteriak-teriak memanggil nama mereka berdua. Elbi meraih tangan Alba dan menariknya untuk segera turun dari atap gedung tapi Alba menolaknya. Di tengah kekhawatirannya, Elbi menampar Alba. Kembali Elbi menarik tangan Alba untuk mengajaknya turun. Alba mengikutinya. Setelah mereka turun, Alba terlihat menangis dan berlari jauh meninggalkan Elbi. Elbi menyadari kenapa Alba menangis, mungkin tidak seharusnya Elbi menampar Alba, saudara kembarnya sendiri.
                  “Dasar cewek bodoh. Baju olahraganya ada di toilet kenapa dia susah-susah mencarinya sampai ke atap sekolah?! Hahahaha,” kata tiga orang cewek yang selama ini sering memusuhi Alba. Mereka berbisik-bisik di samping toilet sekolah.
               “Aku puas melihat pertunjukan hari ini ‘Si Bodoh Di atap Sekolah’, padahal aku hanya bilang padanya kalau mungkin baju olahraganya sedang kepanasan di atap sekolah,..hahah” tambah mereka.
                 “Aku juga puas jika pertunjukan yang aku lihat ini, aku perlihatkan kepada kepala sekolah karena kalian telah membahayakan nyawa orang lain dan menyebarkan berita bohong dengan bilang kepada semua orang bahwa Alba naik ke atap sekolah karena ingin bunuh diri.” Cewek-cewek yang dari tadi membicarakan Alba kaget saat Elbi tiba-tiba muncul dan menyahut obrolan mereka. Cewek-cewek itu gelagapan mendengar perkataan Elbi yang mengancamnya. Mereka memohon maaf kepada Elbi dan memohon agar tidak memberitahukan hal itu kepada kepala sekolah.“Jangan minta maaf padaku, tapi minta maaflah kepada Alba.” kata Elbi pada cewek-cewek itu.
                  Sesampainya di rumah Alba masih mengurung diri. Mama menanyakan kepada Elbi kenapa Alba pulang cepat dengan menangis dan mengunci pintu kamarnya hingga sekarang. “Ini salahku Ma…”
                  “Pergi dari kamarku, kamu bukan kakakku!!” kata Alba saat Elbi berusaha masuk ke kamarnya.
                  “Aku minta maaf Al telah berbuat kasar padamu. Aku memang bukan saudara yang baik”
                  “Kamu jahat!”
             “Iya, aku tahu aku salah, aku minta maaf. Aku sudah tahu kalau kamu tadi mencari baju olahragamu kan. Aku sudah membawakannya untukmu. Teman-temanmu menyembunyikannya di toilet. Kalau kamu tidak mau membuka pintu aku akan menaruhnya di depan pintu kamarmu.”
*****
                  “Selamat ya Al, kamu berhasil masuk 10 besar lomba lukis yang diadakan oleh LighArt
                  “Lomba lukis? Aku tidak pernah ikut lomba apapun.”
                  “Tapi jelas-jelas yang aku baca di majalah kemarin namamu kok, Albania Kusuma, siswa dari SMP Budi Wijaya.“ Alba tidak mengerti dengan apa yang dikatakan teman-teman sekelasnya mengenai lomba lukis, apalagi dia berhasil masuk 10 besar. Alba segera membeli majalah yang dimaksud teman-temannya, ternyata benar itu biodata dirinya. Alba masih belum memahami situasi itu, tapi ia berusaha datang diacara puncak pemilihan pemenang lomba LightArt. Alba begitu kaget melihat lukisannya, tepatnya lukisan yang telah lama ia simpan di gudang telah terpajang apik bersama lukisan 9 finalis lainnya. Alba tidak tahu siapa yang telah mengambil lukisan itu dan mengikut namakan dirinya dalam lomba tersebut. Saat dibacakan pemenang lomba juara satu dan dua betapa terkejutnya Alba mendengar namanya disebut sebagai juara pertama. Alba senang sekaligus merasa kesal, karena ada orang yang telah mengambil lukisannya tanpa sepengetahuannya. Alba naik ke atas panggung dan menerima piala penghargaan. Ia menyampaikan keterkejutannya dengan semua hal yang terjadi, tapi ia berterima kasih. Saat ia di atas panggung itulah, ia melihat Elbi duduk diantara orang-orang yang hadir di sana. Dari situlah ia tahu siapa yang ia cari dibalik semuanya.
                  “Kakak……”
                  “Baru kali ini aku dengar kamu memanggilku dengan sebutan seperti itu.”
                  “Terima kasih…..”
                  “Jangan memasang wajah sedih begitu, itu membuatku takut.”
                  “Iih kakak, selalu saja mengejekku,” sambil memasang wajah cemberut.
                  “Bersyukurlah karena kamu mempunyai saudara kembar sebaik aku ini, tapi jangan senang dulu, sebagai imbalannya, kamu harus bersedia memberikan dahimu yang lebar itu untuk kusentil setiap hari.”
                  Enggak mau. Kakak juga telah mencuri lukisanku, mengambilnya tanpa izin. Jadi, kakak harus menggendongku sampai ke rumah.” Mendengar ucapan Alba, Elbi langsung melarikan diri agar Alba tidak bisa naik ke punggungnya, tapi Alba terus mengejarnya. Elbi tahu bahwa badan Alba sangat berat karena sejak kecil Elbi selalu kalah bermain petak umpet dan sebagai hukumannya, Elbi harus menggendong Alba mengelilingi halaman rumah, satu lagi keunggulan Alba dari Elbi. Angin sore yang sepoi dan hangat. Seindah kehangatan persaudaraan antara Alba dan Elbi. Insan yang tercipta untuk saling berbagi. Berbagi kasih sayang dari kedua orangtua, dan juga berbagi rupa wajah tentunya. Mereka akan selalu berbagi kebahagiaan.
                  “Sepertinya besok aku perlu pergi ke tukang urut, ”kata Elbi sambil terus menggendong Alba.

                                                                                    Husnia S.
                                                                                    Edc. Manisan






Nyonya Topi Bundar





              “Pokoknya kali ini kita harus berhasil!“ kata Shima, satu-satunya cewek yang ikut dalam petualangan empat sahabat itu.
              “Iya, kemarin gara-gara kalian terlambat, semua rencana kita jadi gatot alias gagal total!” tambah Joe sambil melirik kearah si kembar Mix dan Nix yang hanya bisa tersenyum mendengar perkataan kedua temannya. Mix dan Nix adalah saudara kembar yang juga mempunyai sifat kembar, selalu telat. Mereka tidak pernah pilih acara untuk telat, dalam misi segenting apapun.
              “Rencana kita kali ini apa lagi sich, capek harus bawa barang seberat ini?” keluh Mix bersaudara sambil membawa rangsel dan menjinjing tas di tangan kanan dan kirinya. Mereka telah menyiapkan semua keperluan untuk melancarkan misi. Obeng, tali, gunting, senter, katapel hingga raket nyamuk telah masuk dalam rangsel. Bak tentara yang akan bertempur di medan perang, jauh-jauh hari mereka telah berlatih keras. Naik turun tanjakan, berguling, memanjat pohon, dan latihan fisik lainnya.
              “Itu hukuman untuk kalian karena sering terlambat,” sambung Shima menanggapi keluhan si kembar.
              “Kali ini kita akan mencoba masuk dari atap rumah.” Mereka mencoba plan B setelah sebelumnya plan A gagal.
              “Apa? maksudmu kita akan naik ke atas genting rumah?” Mix dan Nix seolah tak percaya.
              “Dulu kita sudah mencoba berbagai cara untuk bisa masuk ke rumah itu, tapi apa hasilnya, kita selalu gagal. Malahan apa kalian ingat, waktu kita mencoba baik-baik bertamu ke rumah itu, baru memencet bel rumah, anjing penjaga bergigi tajam menggonggong dengan kerasnya. Bayangkan jika taringnya mengoyak tubuh kita.”
              “Iya juga sich…….menakutkan.”
              “Ayo, sebelum kita melaksanakan misi rahasia kita untuk membongkar kejahatan Nyonya Topi Bundar, kita goyangkan kepala tiga kali kemudian toss!!” Petualangan hari itu pun dimulai. Joe berhasil naik ke atap rumah, disusul Shima yang dengan sigap berhasil menyusul Joe menaiki atap. Giliran Mix mencoba memanjat, tetapi karena badannya yang tambun, ia beberapa kali terpeleset. Akhirnya Mix menaiki punggung Nix dan meloncat ke atap rumah. Usaha mereka hampir saja berhasil, kalau tidak karena aba-aba mereka yang salah. Seharusnya dihitungan ketiga Mix meloncat, tetapi malah setelah hitungan ketiga Mix baru meloncat. Akibatnya, Mix mendarat di atap dengan dentuman keras, beberapa genteng Nyonya Topi Bundar retak parah. Seketika anjing penjaga menggonggong tanpa henti karena ada “kucing yang bisa bicara” menyusup ke dalam rumah. Lagi-lagi plan B dinyatakan gagal.
              “Sepertinya kita harus meminta bantuan orang dewasa untuk menyelesaikan misi kita.”
              “Apa kamu percaya dengan orang dewasa, mereka sering tidak mempercayai pemikiran kita, bahkan orang dewasa sering mengatakan kita hanyalah anak-anak dan akan hidup di dunia anak-anak sampai nantinya kita dewasa.“
              “Bagaimana kalau kita coba lagi besok malam, kalau perlu tengah malam saat dia sedang tertidur lelap.“
              “Iya, aku setuju. Kemarin kita melancarkan misi terlalu sore, Nyonya Topi Bundar belum tidur, sedikit suara saja dengan sigap ia menyuruh anjingnya menggonggong.” Alasan yang meyakinkan dari Mix.
              “Tumben idemu bagus, baiklah besok kita berkumpul di rumah Shima sehabis sekolah.” Keempat sahabat itu belum juga lelah untuk menyelidiki rumah Nyonya Topi Bundar. Tidak hanya sekali mereka menangkap gerak gerik mencurigakan. Mereka sudah bertetangga lama, tetapi bahkan nama saja mereka tidak tahu. Karena wanita tua itu selalu memakai topi bundar yang lumayan lebar, mereka dan semua tetangga memanggilnya Nyonya Topi Bundar. Dia jarang sekali berkomunikasi, bahkan hampir tidak pernah. Ia lebih sering keluar malam sendirian. Melakukan urusannya sendiri seperti tidak membutuhkan orang lain. Sebutan makhluk sosial tentu tidak akan berlaku untuknya.
J   
              Seragam sekolah masih melekat di tubuh-tubuh mungil, ketika mereka berkumpul di rumah Shima. Joe terlihat seperti ilmuan dengan kacamata bundarnya, Mix dan Nix dengan seragam seperti melilit tubuhnya yang berlemak, seolah seragam itu ingin mengatakan untuk meminta dipensiunkan karena kekecilan, dan Shima terlihat sedikit anggun memakai seragam, dengan rok mini sekolah menampakkan sifat perempuannya. Persahabatan diantara mereka telah terjalin sejak TK, tepatnya ketika wisata keluarga antar sekolah. Sekarang Joe dan Shima berada di kelas A, kelas dengan anak-anak IQ di atas rata-rata sedangkan Mix bersaudara berada di kelas bakat, kelas anak-anak yang unggul dibidang non akademik. Rumah mereka berjauhan, tetapi hampir setiap hari mereka bertemu untuk bermain atau sekadar membicarakan model mainan terbaru.
              “Aduh, makanan saja yang kalian urusi, pantas beberapa kali kalian memecahkan genteng Nyonya Topi Bundar dengan perut kalian yang gendut itu.” Mix dan Nix datang dengan sisa makanan di mulutnya. Pasti mereka buru-buru menghabiskan makanannya, berharap Joe dan Shima tidak mengetahuinya.
              “Heheheh….” Tanpa rasa bersalah Mix dan Nix hanya cekikian mendegar omelan Shima.
              “Tau nggak, aku habis membaca buku tentang petualangan seorang anak berusia 9 tahun. Ia berhasil menyusup ke dalam rumah seorang penyihir jahat dan menyelamatkan teman-temannya yang hendak dimakan penyihir. Bagaimana kalau kita buat rencana seperti anak itu.”
              Joe mulai menjelaskan rencana C kepada teman-temanya. Joe menyebut rencana itu sebagai “Ambil topi penyihir dan dia akan memberikan tongkatnya.” Selama ini rencana kita selalu gagal karena kita selalu menyusup, itu cara kuno. Sekarang kita harus memancing dia keluar sarang, setelah itu kita bisa masuk rumahnya dengan santai tanpa mengendap-endap. Kita bisa mengungkap kejahatan Nyonya Topi Bundar dan mendapat penghargaan. “Apakah kita bisa masuk majalah bersama bapak wali kota Sender?” Shima mulai mengigau tentang kesuksesannya di masa depan. Ia sangat berambisi menjadi wali kota. Katanya menjadi wali kota ibarat berselancar di musim kemarau. Sungguh perumpamaan yang aneh.
              “Kemarin, saat aku dan mamaku pergi ke pasar, aku melihat Nyonya Topi Bundar membawa bungkusan hitam persis seperti yang di lihat Joe beberapa hari lalu. Aku hanya berani memandangi tanpa berani menyapa. Aura misteriusnya membuat bulu kudukku berdiri,” ungkap Shima dengan nada mencekam.
              “Kira-kira apa ya isi bungkusan yang dibawa?” tambah Joe.
              “Jangan-jangan mayat hasil mutilasi, setelah dibunuh, mayatnya dipotong-potong kemudian direbus, dimakan dech.”
              “Kalian selalu saja ujung-ujungnya soal makanan, ini manusia bukan kue lemper.” Mix dan Nix selalu bersemangat ketika bercerita, bahkan mengenai hal yang tidak penting sekalipun. Sayangnya Shima dan Joe selalu tertarik dengan cerita mereka. Mix dan Nix tidak pernah memenangkan lomba olahraga ataupun olimpiade sains, tetapi mereka sangat ahli bercerita. Segala sesuatu tampak menarik ketika mereka yang bercerita.
              Joe dan ketiga sahabatnya siap beraksi. Mereka telah berdiri di depan rumah target operasi, ya Nyonya Topi Bundar. Mix dan Nix bersiap memencet bel rumah, Joe meletakkan keranjang yang berisi aneka kue lezat dan sedikit makanan anjing di depan pintu. Tak berselang lama, Nyonya Topi Bundar dan anjingnya membuka pintu rumah. Mereka berharap kue itu bisa mengalihkan perhatian Nyonya Topi Bundar. Saat itu, Joe dan Shima telah siap memasuki pintu belakang. Entah bagaimana bentuk rumah Nyonya Topi Bundar, ketika Joe dan Shima membuka pintu belakang dan melangkah, kaki mereka seolah melayang ke dalam lubang besar yang gelap, tanpa tahu kemana mereka akan berujung.
              “Bruak!!” Joe dan Shima jatuh tepat di ruang tengah, disusul Nix tak berselang lama, Mix juga ikut meluncur ke ruang tengah menimpa setumpuk barang milik Nyonya Topi Budar. Suara gaduh tak terelakkan.
              “Siapa di sana?”
              “Ti..kus…..” lagi-lagi tragedi “kucing bicara” kembali terulang. Kali ini Nix yang dengan santai menjawab. Mana ada tikus bisa bicara. Mungkin karena mereka sering memainkan pappet shop (boneka tangan) dengan cerita fabel yang memerankan karakter tokoh hewan yang bisa berbicara layaknya manusia. Dalam dunia nyata, Mix dan Nix sering mengganggap bahwa hewan mampu berbicara.
              Shima tanpa sengaja menyenggol kresek yang berisi benda tajam hingga jarinya tertusuk. Ia setengah menjerit.
              “Apa yang kalian lakukan di sini?” Tanya Nyonya Topi Bundar dengan tatapan sinis, lebih tepatnya seperti sebuah interogasi pada narapidana yang siap dihukum gantung. Nafas sesak, tak sepatah kata mampu terucapkan.
              “Em kami cuma……” Nix berusaha dengan keras menjelaskan, tetapi kalimatnya terputus.
              “Sejak kapan Nyonya membuat ini semua?” Shima memberanikan diri untuk bertanya mengenai apa yang terlihat di matanya. Apakah hanya ilusi pandangan manusia atau sebuah keajaiban.
              “Untuk apa Nyonya membuat ini semua,” sambung Joe. Malam itu, mata kami seolah melihat langsung bintang yang berjatuhan di bumi. Cahaya terang memantul-mantul dari kaca yang tertata begitu indah di rumah Nyonya Topi Bundar. Pasti butuh berhari-hari untuk menciptakan keindahan seperti yang tertangkap mata kami atau mungkin butuh puluhan tahun. Yang kami tahu, Nyonya Topi Bundar sudah tinggal di rumah itu jauh sebelum kami lahir. Mungkin ia telah menghabiskan sisa umurnya untuk membuat rumah kaca itu. Nyonya Topi Bundar melapisi hampir di semua bagian dinding dalam rumahnya dengan pecahan kaca. Ketika malam hari, kaca-kaca itu akan memantulkan cahaya menakjubkan bak kilatan emas, seperti yang kami lihat sekarang.
              “Semua ini untuk suamiku……” suaranya terdengar berat dan bergetar.
              “Bukankah suami Nyonya sudah meninggal?” tanya Mix polos.
              “Ya, ini kado untuknya….” Semua tetangga sudah mengetahui bahwa suami Nyonya Topi Bundar telah lama meninggal. Sejak saat itu, Nyonya Topi Bundar mengurung diri di rumah, hanya sesekali ia keluar untuk membeli keperluannya. Tanpa melihat atau menyapa orang di sekelilingnya. Setiap hari hanya baju hitam atau biru tua dengan topi bundarnya yang ia kenakan, seolah mengabarkan rasa berkabungnya belum usai. Ia merawat kenangannya di dalam rumah tanpa ada orang yang tahu. Apapun alasannya untuk menjalani pilihan dalam hidupnya, kami berusaha memahaminya. Malam penuh percikan cinta. Begitulah kami mengagumi kisah kesetiaan Nyonya Topi  Bundar kepada suaminya. Misi selesai.
             

                                                                                 Edc. Cerita Anak
                                                                                 Tuban, 21 Oktober 2014

Ngrumpi Yuuk



1.      Kasihan atau bangga
            Apa yang kamu rasakan ketika memandang sayup wajah kedua Orangtuamu yang telah renta sedang duduk menepis jendela.
 Kasihan ?
            Jawabannya salah.
            Orang tua ibarat besi, mereka tangguh dan perkasa. Tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka apalagi soal keberhasilan anaknya. Lihat saja seorang bapak yang rela “jual tulang” menjadi buruh panggul di pasar-pasar. Seorang ibu yang bersahabat dengan jilatan matahari menjajakan jualannya dari jalan ke terotoar dengan kulitnya yang lekat. Nampak jelas bertapa beban yang mereka panggul, tetapi apakah sebagai anak kamu pernah mendengar keluh dari mulut mereka ? Beban mereka itu ialah segelintir contoh kasih sayang mereka untuk anak tercinta yakni kamu.
            Orang tua adalah inspirasi. Melihat matanya yang teduh menjadikan rasa damai dihati. Menatap raut wajah mereka yang telah dimakan usia menumbuhkan semangat untuk terus melindungi mereka. Berbincang pada saat makan atau nonton televisi memberikan ide-ide baru dalam hidup apalagi ketika kita dihadapkan dengan suatu masalah yang berat, merekalah topangan kita bersandar. Percayalah sepenuhnya kepada Orang tua. Meraka akan selalu memilihkan yang terbaik. Jika merasa ragu dengan pilihan mereka, proteslah dan koreksilah dengan sopan, Orang tua akan menjawabnya dengan bijak. Oleh karena itu, berbanggalah bagi kalian yang masih merasakan kasih sayang Orang tua.






2.      Antarkan aku pak  . . .
            “Antarkan aku pak kekampus UNESA Lidah wetan Gg. 7 . . . .”
            “Siap mbak . . .”
             Profesi yang satu ini semakin hari semakin tenar. Ya. Tukang Ojek. Jalan-jalan tidak akan ramai jika seandainya Tukang Ojek diliburkan. Tukang ojek hanya melayani orang-orang yang tidak mempunyai kendaraan pribadi karena jika orang itu mempunyai kendaraan pribadi tidak akan buang waktu dengan naik ojek. Pengecualiaan bagi orang-orang yang tidak bisa berkendara sendiri dan orang malas.
            Jalanan akan sepi ketika para Tukang ojek kembali keperaduannya yakni menjelang malam. Tukang ojek mulai berpatroli dari jam 7 pagi, kecuali bagi yang membutuhkan uang lebih biasanya mereka datang lebih pagi. Dalam dunia perojekan terdapat sistem peraturan yang sebelumnya disepakati bersama. Mereka membagi daerah kekuasaan, seperti preman saja. Jika ada Tukang ojek yang berani berpatroli didaerah yang bukan jatahnya akan diberi saksi, menurut kesepakatan bersama.
            Cara kerja para Tukang ojek dalam menjalankan profesinya juga terdapat peraturan yakni saling bergantian mengantarkan pelanggan agar semua terbagi rata. Akan tetapi ada juga yang menggunakan sistem “siapa cepat dia untung” artinya diantara jejeran tukang ojek tersebut saling berebut untuk mencari pelanggan bahkan kadang dengan mengelus-elus motornya sampai kinclong demi kenyamanan pelanggan, ibarat hotel saja . . .
           
           


1 kacang 2 biji



   
1 Kacang 2 Biji

                 “Malu aku jadi saudara kembarmu, masak lagi-lagi ngerjain soal matematika gitu saja kamu nggak pernah bisa……” Elbi menyentil dahi saudara kembarnya Alba yang berdiri di luar kelas sambil mengangkat satu kakinya karena mendapat hukuman tidak mengerjakan PR matematika. Alba hanya manyun mendengar perkataan saudara kembarnya itu. Elbi yang baru saja ke toilet sudah menduga akan melihat saudaranya berdiri di luar kelas karena hari ini adalah waktu jam pelajaran matematika. Pelajaran yang paling tidak disukai saudaranya. Elbi dan Alba adalah saudara kembar beda jenis alias cewek dan cowok. Elbi, kakak Alba adalah murid laki-laki paling popular di sekolah, ia sering mengukir prestasi, baik dalam akademik maupun nonakademik. Segudang keahlian seakan ia borong tanpa menyisakan sedikitpun untuk Alba. Sedangkan Alba adalah murid perempuan yang sering sekali mendapat panggilan BP karena ulah nakalnya. Di sekolah, Alba juga terkenal tapi terkenal sebagai saudara kembar Elbi yang bodoh. Seisi sekolah, baik diantara teman maupun guru hampir tidak menemukan sedikitpun kemiripan dalam diri mereka, meskipun mereka terlahir dalam janin yang sama. Elbi mempunyai hidung yang mancung, senyum yang menawan yang membuat gadis-gadis tersihir, dan tentunya kepandaiannya yang mengagumkan, apalagi saat bermain biola. Kebalikan dari itu semua, Alba mempunyai hidung yang agak kecil dan penampilannya sungguh memprihatinkan untuk disebut sebagai seorang wanita, benar-benar jauh dari kesan cantik. Alba lebih suka memakai pakaian ala lelaki dan hobi panjat memanjat serta gaya bicaranya ceplas ceplos tidak ada titik maupun koma. Alba selalu uring-uringan jika dibanding-bandingkan dengan Elbi.
                “Aku turut berduka cita melihatmu hari ini dihukum lagi ama bu Mia yang killer itu, hahaha” segerombolan teman-teman cewek sekelas Alba yang baru keluar kelas untuk istirahat menertawakan Alba yang hampir setiap ada PR dari Bu Mia selalu tidak dikerjakan dan selalu pula mendapat hukuman berdiri di luar kelas.
              “Kayak kamu nggak tahu saja, Alba kan selain hobi panjat memanjat juga punya hobi baru, dihukum bu Mia….hahahah”
                  “Aku heran kenapa Elbi bisa punya saudara kembar yang idiot begini….”
                  “Eh Elbi datang…..” teman sekelas Alba yang dari tadi meremehkan dan menghina Alba sesaat langsung diam melihat Elbi dari kejauhan berjalan kearah mereka. Umur Alba dan Elbi memang sama, tapi di sekolah Elbi menjadi kakak kelas Alba. Kepandaian Elbi membuatnya mampu masuk kelas percepatan sehingga ia bisa lompat kelas.
                  “Mama menyuruhku memberikan ini untukmu, katanya ini uang sakumu yang tertinggal.” Alba mengambil uang itu, tapi kemudian membuangnya dan berlari meninggalkan saudara kembarnya. Elbi pun hanya diam melihat sikap Alba. Kemudian dengan gayanya yang cool Elbi berjalan meninggalkan teman-teman Alba yang masih saja menatapnya dari kejauhan. Apapun yang dilakukan Elbi selalu tampak menawan dihadapan cewek-cewek.
*****
                  “Baru sampai di tempat camping perutku sudah keroncongan, ada yang bawa snack nggak?”
                  “Huuuu dasar kamu urusan perut aja didahuluin, ambil tuch makanan di tasku tapi awas jangan dihabiskan.”
            “Aku baru tahu El ternyata selama ini kamu punya jimat yang selalu kamu bawa kemanapun…heheh.”
                  “Jimat apaan? memangnya aku penganut aliran sesat?”
                  “Ini….renda…renda…..” Ode, teman baik Elbi tiba-tiba saja mengeluarkan celana dalam berenda berwarna merah. Elbi yang melihat hal itu dengan sigap langsung mengambilnya.  Semua teman gank Elbi yang mengetahui hal itu tertawa dengan puasnya. Elbi masih berpikir kenapa bisa ada celana dalam seperti itu di tasnya. Tetapi hanya ada satu alasan hal itu bisa terjadi. Elbi kemudian membungkus celana dalam itu dengan kertas dan menemui Alba.
                  “Ini punyamu….”
                  “Apa? uang saku lagi?”
                  “Kenapa ini bisa ada dalam tasku?” dengan nada marah tapi pelan Elbi menanyakan alasan celana dalam itu bisa nungkring ditasnya sambil menunjukkan isi bungkusan yang ia bawa.
                  “Kenapa ini bisa ada di dalam tasmu?! aku meminta Mama menaruhnya dalam tasku, karena aku terburu-buru. Jangan-jangan Mama salah menaruhnya, tas punggung kita kan hampir sama.”
                  “Kamu selalu membuatku nampak memalukan dihadapan teman-temanku”
         “Apa? teman-temanmu melihatnya? kamu seharusnya menghalanginya!” jawab Alba sambil memukul-mukul Elbi karena kesal.
                  “Ngomong-ngomong sejak kapan kamu mulai memakai yang berenda?” Mendengar perkataan Elbi itu, Alba tidak menjawab apa-apa. Ia malah menendang kaki Elbi sebagai jawaban atas pertanyaannya. “Hahahah……” Elbi bukannya kesakitan, tapi justru tertawa lebar melihat ekspresi malu wajah saudara kembarnya yang perlahan telah beranjak dewasa.
*****
                  “Kenapa kamu masih duduk disini, apa kamu tidak tahu kalau Alba lagi bikin heboh seluruh sekolah?
                  “Dia kenapa?”
                  “Katanya dia mengancam mau terjun dari atap sekolah.” Mendengar ucapan temannya, Elbi yang sedang makan di kantin langsung berlari, Elbi melihat telah ada banyak guru dan murid berkumpul di halaman sekolah sambil berteriak-teriak memanggil nama Alba. Dari kejauhan, Elbi melihat Alba telah sampai di atap gedung sekolah. Tanpa basa basi Elbi menaiki gedung sekolah merangkak perlahan hingga sampai ke atap gedung untuk menyelamatkan saudara kembarnya, Alba. Sementara guru dan murid-murid masih terdengar samar berteriak-teriak memanggil nama mereka berdua. Elbi meraih tangan Alba dan menariknya untuk segera turun dari atap gedung tapi Alba menolaknya. Di tengah kekhawatirannya, Elbi menampar Alba. Kembali Elbi menarik tangan Alba untuk mengajaknya turun. Alba mengikutinya. Setelah mereka turun, Alba terlihat menangis dan berlari jauh meninggalkan Elbi. Elbi menyadari kenapa Alba menangis, mungkin tidak seharusnya Elbi menampar Alba, saudara kembarnya sendiri.
                  “Dasar cewek bodoh. Baju olahraganya ada di toilet kenapa dia susah-susah mencarinya sampai ke atap sekolah?! Hahahaha,” kata tiga orang cewek yang selama ini sering memusuhi Alba. Mereka berbisik-bisik di samping toilet sekolah.
               “Aku puas melihat pertunjukan hari ini ‘Si Bodoh Di atap Sekolah’, padahal aku hanya bilang padanya kalau mungkin baju olahraganya sedang kepanasan di atap sekolah,..hahah” tambah mereka.
                 “Aku juga puas jika pertunjukan yang aku lihat ini, aku perlihatkan kepada kepala sekolah karena kalian telah membahayakan nyawa orang lain dan menyebarkan berita bohong dengan bilang kepada semua orang bahwa Alba naik ke atap sekolah karena ingin bunuh diri.” Cewek-cewek yang dari tadi membicarakan Alba kaget saat Elbi tiba-tiba muncul dan menyahut obrolan mereka. Cewek-cewek itu gelagapan mendengar perkataan Elbi yang mengancamnya. Mereka memohon maaf kepada Elbi dan memohon agar tidak memberitahukan hal itu kepada kepala sekolah.“Jangan minta maaf padaku, tapi minta maaflah kepada Alba.” kata Elbi pada cewek-cewek itu.
                  Sesampainya di rumah Alba masih mengurung diri. Mama menanyakan kepada Elbi kenapa Alba pulang cepat dengan menangis dan mengunci pintu kamarnya hingga sekarang. “Ini salahku Ma…”
                  “Pergi dari kamarku, kamu bukan kakakku!!” kata Alba saat Elbi berusaha masuk ke kamarnya.
                  “Aku minta maaf Al telah berbuat kasar padamu. Aku memang bukan saudara yang baik”
                  “Kamu jahat!”
             “Iya, aku tahu aku salah, aku minta maaf. Aku sudah tahu kalau kamu tadi mencari baju olahragamu kan. Aku sudah membawakannya untukmu. Teman-temanmu menyembunyikannya di toilet. Kalau kamu tidak mau membuka pintu aku akan menaruhnya di depan pintu kamarmu.”
*****
                  “Selamat ya Al, kamu berhasil masuk 10 besar lomba lukis yang diadakan oleh LighArt
                  “Lomba lukis? Aku tidak pernah ikut lomba apapun.”
                  “Tapi jelas-jelas yang aku baca di majalah kemarin namamu kok, Albania Kusuma, siswa dari SMP Budi Wijaya.“ Alba tidak mengerti dengan apa yang dikatakan teman-teman sekelasnya mengenai lomba lukis, apalagi dia berhasil masuk 10 besar. Alba segera membeli majalah yang dimaksud teman-temannya, ternyata benar itu biodata dirinya. Alba masih belum memahami situasi itu, tapi ia berusaha datang diacara puncak pemilihan pemenang lomba LightArt. Alba begitu kaget melihat lukisannya, tepatnya lukisan yang telah lama ia simpan di gudang telah terpajang apik bersama lukisan 9 finalis lainnya. Alba tidak tahu siapa yang telah mengambil lukisan itu dan mengikut namakan dirinya dalam lomba tersebut. Saat dibacakan pemenang lomba juara satu dan dua betapa terkejutnya Alba mendengar namanya disebut sebagai juara pertama. Alba senang sekaligus merasa kesal, karena ada orang yang telah mengambil lukisannya tanpa sepengetahuannya. Alba naik ke atas panggung dan menerima piala penghargaan. Ia menyampaikan keterkejutannya dengan semua hal yang terjadi, tapi ia berterima kasih. Saat ia di atas panggung itulah, ia melihat Elbi duduk diantara orang-orang yang hadir di sana. Dari situlah ia tahu siapa yang ia cari dibalik semuanya.
                  “Kakak……”
                  “Baru kali ini aku dengar kamu memanggilku dengan sebutan seperti itu.”
                  “Terima kasih…..”
                  “Jangan memasang wajah sedih begitu, itu membuatku takut.”
                  “Iih kakak, selalu saja mengejekku,” sambil memasang wajah cemberut.
                  “Bersyukurlah karena kamu mempunyai saudara kembar sebaik aku ini, tapi jangan senang dulu, sebagai imbalannya, kamu harus bersedia memberikan dahimu yang lebar itu untuk kusentil setiap hari.”
                  Enggak mau. Kakak juga telah mencuri lukisanku, mengambilnya tanpa izin. Jadi, kakak harus menggendongku sampai ke rumah.” Mendengar ucapan Alba, Elbi langsung melarikan diri agar Alba tidak bisa naik ke punggungnya, tapi Alba terus mengejarnya. Elbi tahu bahwa badan Alba sangat berat karena sejak kecil Elbi selalu kalah bermain petak umpet dan sebagai hukumannya, Elbi harus menggendong Alba mengelilingi halaman rumah, satu lagi keunggulan Alba dari Elbi. Angin sore yang sepoi dan hangat. Seindah kehangatan persaudaraan antara Alba dan Elbi. Insan yang tercipta untuk saling berbagi. Berbagi kasih sayang dari kedua orangtua, dan juga berbagi rupa wajah tentunya. Mereka akan selalu berbagi kebahagiaan.
                  “Sepertinya besok aku perlu pergi ke tukang urut, ”kata Elbi sambil terus menggendong Alba.

                                                                                    Husnia S.
                                                                                    Edc. Manisan