Archive for November 2012

Untuk Calon Suamiku


.


Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh....

Dear Cal0n Suamiku,,,

Bagaimana imanmu hari ini..??
Sudahkah harimu ini engkau awali dengan rasa syukur kepada Tuhan kita,karena dapat menatap kembali fananya hidup ini.
Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah ku genggam??

Wahai cal0n suamiku...
Taukah engkau betapa Tuhan mencintaiku dengan hebatnya?
Disini aku ditempa untuk menjadi dewasa,agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak.meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi namun kini kurasakan diri ini lebih baik...
Kadang aku bertanya kenapa Allah selalu mengujiku tepat dihatiku yang terapuh dariku.
Namun aku tahu jawabannya,,,,
Allah tau dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingatNya kembali mencintaiNya.Ujian demi ujian insya Allah membuatku lebih tangguh,Sehingga saat kelak kita bertemu,kau bangga telah memiliki aku dihatimu.

Cal0n suamiku...
Entah dimana dirimu sekarang,tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimna Dia mencintaiku.
Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh,hingga akupun bangga memilikimu kelak.
Apa yang kuharapkan darimu adalah keshalihan,Semoga sama halnya dengan dirimu,karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku,hanya kesia-siaan yang akan kau dapati.
Aku masih haus akan ilmu.Namun berbekal ilmu yang ada saat ini,aku berharap dapat menjadi istri yang mendapat keridhaan Allah dan dirimu,suamiku....

Wahai cal0n suamiku...
Saat aku masih menjadi asuhan kedua orang tuaku,tak lain berdoa agar menjadi anak yang sholehah,agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya diakhirat..
Namun kini,setelah menjadi istrimu nanti,aku berharap menjadi pendamping yang sholehah agar kelak diSurga cukup aku yang menjadi Bidadarimu,mendampingi dirimu yang sholeh.
Sebenarnya,aku ini juga pencemburu berat,tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai dari pada aku,aku ridha.Aku harap begitu pula dirimu.
Aku yakin kaulah yang ku butuhkan,meski kau bukanlah orang yang ku harapkan.

Cal0n suamiku yang dirahmati Allah...
Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita,takkan aku namai dengan gubuk derita,Karena itulah markas dakwah kita,dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih...
Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita.
Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal,dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah.
Bunga akan indah pada waktunya,,,Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman.Maka kini tengah ku persiapkan diri ini sebaik-baiknya bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.
Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik,Meski bukan umat yang terbaik tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.

Cal0n suamiku...
Lukis cintamu dengan kuas ketulusan
Ajari aku bahasa kepercayaan
Cintai keringatku, bukan wangiku
Aku ingin jadi orang pertama yang melihat rambutmu beruban
Gandeng tanganku saat aku tidak mampu lagi berjalan....

Inilah sekilas harapan yang kuukirkan dalam rangkaian kata.seperti kata orang,tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Itulah yang kini ku hadapi,kelak saat kita tengah bersama maka disitulah kau akan memahami diriku,sama halnya dengan diriku yang akan memahamimu.
Bersabarlah calon suamiku..Doaku selalu bersamamu.
Agar Allah memudahkan jalanmu tuk menjemputku sebagai bidadarimu..

Semoga Allah selalu menjaga imanmu,agar tak tersentuh yang bukan Mahrommu,meski hanya seujung kuku...
agar kau bisa mempersembahkan dirimu seutuhnya untukku..
Seperti halnya aku,yang ingin mempersembahkan diriku seutuhnya hanya untukkmu..

Sudah dulu ya calon suamiku...
Salam cintaku untukmu...

Wasalamualaikumm warahmatullah wabarakatuh...

Layang-layangku


.




Kenangan itu terbesit lagi di benak. Gulungan memori membentuk sebuah kenangan indah di masa lalu. Saat kita masih bersama. Ya, dia hadir kemudian terbang, dia hadir lagi dan terbang. Tanganku tak sanggup mengendalikan untaian benang yang kuulur. Angin berhembus terlalu kuat, mengombang-ambingkan layang-layangku. Akhirnya, benang yang kupegang putus, layang-layangku pun terbang tinggi. Layang-layangku terbang hingga hilang di pelupuk mata.


Kemarahan Alam Indonesia


.




Dimata negara luar, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan potensi alamnya. Berbondong-bondong warga asing pergi ke Indonesia untuk ikut menikmati betapa berlimpahnya hasil alam Indonesia. Dan memang jika ditelisik, dari bentangan sabang hingga ujung merauke, tidak dapat ditutupi betapa makmurnya bangsa Indonesia dengan tanah alam yang subur. Akan tetapi, sejauh ini tidak banyak penduduk Indonesia yang sadar akan kayanya negara sendiri, yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan kejayaan bagi penghuninya, yakni penduduk Indonesia.
            Saat ini, entah dosa apa yang telah dilakukan penduduk Indonesia sehingga alam meradang. Lihat saja diawal tahun, banjir menggenangi ibu kota dan beberapa kota di berbagai daerah. Banjir meluluh lantahkan rumah-rumah beserta isinya. Bahkan banjir juga merenggut beratus-ratus jiwa seperti yang terjadi di Wasior Papua Barat. Sampai detik ini, alam Indonesia masih menunjukkan kemarahannya, terbukti dengan meletusnya Gunung Merapi yang menewaskan belasan orang. Apakah ini semua sebuah pertanda bahwa alam Indonesia benar-benar marah?? Siapakah yang patut disalahkan dalam hal ini?
            Jika berpikir lebih lanjut, memang tak terhitung lagi berapa “tangan-tangan jail” yang telah menyebabkan alam Indonesia rusak, penebangan hutan besar-besaran, pembangunan gedung-gedung tinggi, dan tumpukan sampah dimana-mana. Alam sepertinya ingin menegur bangsa kita, bangsa Indonesia. Selama ini, bangsa Indonesia terlalu lelap dalam “kenikmatan kekuasaan” sehingga lupa akan tugasnya menjaga keutuhan alam. Sejenak kita sebagai penduduk Indonesia perlu merenung dan mengintrospeksi diri, apakah kita telah melaksanakan kewajiban sebagai penduduk Indonesia yang bertangggungjawab? Patutkah kita disebut sebagai bagian dari bangsa Indonesia?
           

Asal Bukan "S"


.


Itu perkara mudah, seperti membalikkan telapak tangan. Mengenai sistem pemerintahan yang semakin anjlok itu sebenarnya salah siapa, pemerintah ataukah rakyat. Tidak ada yang menjadi terdakwa dalam kasus ini, karena tidak adanya bukti bagi siapa untuk menyalahkan siapa. Kalaupun ada, akan sulit untuk menentukan tolok ukur kesalahan sebab saat ini kebenaran sudah menjadi hal yang subjektif.
            Jika tetap mau bersikukuh untuk mencari siapa terdakwa dalam kasus ini, dan siapa yang menjadi pahlawan, tentukanlah motif kebajikannya. Apakah sesuai dengan Undang-undang yang berlaku ataukah sekadar urusan ABS (Asal Bapak Senang). Memang, memberikan kebahagiaan bagi orang lain ialah peristiwa mulia, dilihat dari segi manapun, baik dalam kitab suci atau kitab pandangan manusia. Tapi jika diselingi senyuman dan sapaan, apalagi diselingi gerak-gerik serta gelagat yang membuat setiap orang bertanya-tanya, apakah itu tidak pantas dicurigai.
            Menilik kasus “ S” dalam rumah tangga. Ketika pada suatu saat seorang anak kecil menangis dan ternyata setelah diusut ia sedang kelaparan karena seharian sang ibu terlalu sibuk dengan pekerjaanya dikantor sehingga lupa memberi makan anaknya sendiri, lalu sang ibu segera menyuapi anaknya. Perilaku seorang ibu menyuapi anaknya tersebut ialah contoh kasus yang wajar dan tanpa diragukan lagi pasti mendapat persetujuan dari semua pihak.
            Kasus “S” yang kedua, terjadi pada pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan.  Pasangan suami istri yang tergolong baru menjalani dunia pernikahan, bagi mereka alam berserta perangkatnya seakan milik mereka berdua. Pagi, siang, sore, malam, ketika makan apapun mereka saling suap-suapan dan itu ialah perilaku yang sangat wajar, pasti semua sepakat karena dalam kasus ini tidak ada yang rugi atau untung.
            Perhatikan juga kasus “S” yang terjadi disebuah rumah yang didalamnya masih terdiri dari anggota keluarga lengkap. Berbaringlah seorang nenek tua dalam ranjang empuk tetapi harus disayangkan, dia tidak bisa menikmati hangatnya udara akibat lumpuh dan telah dimakan usia. Setiap jam makan, datanglah satu persatu anggota keluarga dengan system gilir untuk menyuapi sang nenek. Nenek begitu bahagia dengan perlakuan anak dan cucunya tersebut. Kasus semacam ini tidak dapat diragukan lagi, pasti tidak akan ada yang protes jika digologkan kedalam kasus yang wajar. Setuju.
            Masih mengenai “S”. Di suatu desa yang damai berdirilah sebuah sekolah dengan kondisi rusak disisi kanan kirinya. Murid dan guru hidup berdampingan tanpa balas pamrih. Pada suatu hari terdengar kabar bahwa salah satu murid jatuh sakit akibat rumahnya diguyur banjir dan tidak mendapatkan bantuan kesehatan. Di hari yang ditentukan, guru memberi aba-aba kepada murid yang lain untuk menjenguk si murid yang sakit. Akhirnya bertemulah murid yang sakit dengan rombongan penjenguk. Berbahagialah murid yang sakit tersebut, dibawakan buah-buahan dan bubur kacang ijo. Salah satu murid berinisiatif untuk menyuapi si murid yang sakit, maka bertambah senang hati murid yang sedang sakit itu. Sikap seperti ini ialah bentuk kasih sayang yang tercermin lewat kasus “S”. Kasus “S” yang memang wajar dilakukan setiap orang.
             “S” tidak bisa diterima jika lebih dari kejahatan. Artinya “S” menjadi batas seseorang apakah pantas disebut sebagai pelaku kejahatan ataukah tidak. Bersedihlah bagi orang-orang yang berada pada taraf ini, karena kebahagiaan yang ia dapat tidak akan bertahan sampai anak cucu. Oleh karena itu, bersiap-siaplah untuk mendapat cobaan lewat tahta yang ia pangku.
            “S” tidak bisa diterima jika kurang dari kebaikan. Maksud dari pernyataan tersebut bahwa golongan “S” hanya berkutat pada daerah minim perilaku baik. Segala yang dilakukan belum memberi pengaruh positif bagi semua orang sehingga belum layak diterima dimata masyarakat.
            Betapa mulia dan bahagianya orang-orang yang menjalani hidup dengan aktifitas “S” karena pada dasarnya “S” selalu membawa keberuntungan bagi siapa saja, baik tua-muda, kaya-miskin, atau pintar-bodoh. “S” menjaga terjalinnya hubungan yang harmonis,
            Artinya semua S bisa diterima asal bukan S (SUAP) yang bergerak dalam bidang keuangan yang mengakibatkan sistem ekonomi negara melemah.

Si Butut


.


“Nia, ayo berangkat…..” berkali-kali Bapak memanggilku agar segera keluar. Tapi aku tetap bersikukuh tidak mau keluar dari kamar. Aku mematung berjam-jam di dalam kamar, melamun, menggerutu, bahkan memaki-maki. Bukan tanpa alasan aku melakukan hal itu, sudah sering kali aku mengeluh tentang Si Butut itu. Tetapi tetap saja Si Butut masih bertengger di dalam rumah. Aku muak melihat badannya yang penuh jaitan dimana-mana. Apalagi dengan warna kulitnya yang sudah tidak layak dipandang mata. Ditambah lagi suaranya yang terdengar sengau di telinga membuatku semakin meradang. Cara berjalannya sudah tidak semenarik dulu. Bahkan sekarang lebih mirip seekor bebek pincang yang menyeret-nyeret kakinya. Aku berani jamin kalau Si Butut sudah tidak akan laku lagi di pasaran.
            Lagi-lagi Bapak memanggil-manggil namaku. Kali ini tidak hanya memanggil, tapi juga menyeret tanganku. Menyuruhku untuk segera menaiki Si Butut. Tanpa harus menaikinya saja aku bisa merasakan bagaimana sakitnya pantatku nanti jika menaikinya. Akan tetapi yang lebih sakit lagi adalah perasaanku. Aku tidak berani membayangkan bagaimana orang-orang di penjuru desa membicarakanku. Aku dengan Si Butut.
            Aku sudah berkali-kali bilang ke Bapak agar segera menjual Si Butut. Kalaupun harganya turun, itu lebih baik. Daripada aku harus melihatnya berlama-lama di dalam rumah. Bapak selalu diam ketika aku bersikeras menyuruh menjual Si Butut. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Bapak. Yang jelas, timbul suatu kesimpulan dalam pikiranku bahwa orang tua selalu menyukai hal-hal yang sepadan dengan umurnya. Tapi aku tidak dapat membuktikan kebenaran pikiranku itu. Pernah suatu ketika aku berniat menyelakai Si Butut. Aku potong kabel-kabel yang melingkar di sekitar tubuhnya, baru aku memegang gunting dan tinggal selangkah lagi rencanaku aku berhasil, tiba-tiba saja Bapak muncul dari arah belakang Si Butut. Ah, rencanaku gagal. Tapi bukan aku kalau putus asa sampai di situ. Aku masih punya segudang strategi untuk melenyapkan Si Butut dari rumahku.
            Pagi memang cerah, akan lebih cerah lagi jika niatku melenyapkan Si Butut berhasil. Setiap pagi, Bapak selalu meluangkan waktu menikmati kopi tubruk sebelum berangkat ke sawah. Pada saat itulah aku akan melancarkan serangan. Kali ini bukan kabel yang akan menjadi sasaranku, tapi kaki Si Butut. Ya, aku akan mengempeskan ban  Si Butut. Seandainya rencanaku ini sukses, aku akan melakukannya setiap hari. Lama-kelamaan, Bapak akan mengira bahwa Si Butut memang benar-benar harus dijual. Hahahaha
            Hari itu entah kenapa hatiku merasa gelisah. Seharusnya aku senang karena berhasil melancarkan misiku menghancurkan Si Butut setelah beberapa kali gagal. Aku memandang wajah Bapak. Beliau masih duduk tenang sambil memegang semangkir kopi kesukaannya. Ya, kopi tumbruk buatan Ibu. Wajah Bapak nampak berbeda dari hari-hari saat aku melihatnya meminum kopi sebelumnya. Tiba-tiba saja aku mendengar benda keras terjatuh. Aku mencari arah suara itu. Ternyata gelas yang dipegang Bapak. Aku berlari menuju Bapak. Bapak telah tergeletak di samping kursi rotan. Aku berteriak. Aku memanggil-manggil semua orang yang mungkin dapat mendengar suaraku. Seorang tetangga mengusulkan membawa Bapak ke rumah sakit. Bapak harus segera dibawa ke rumah sakit. Bapak memang telah lama mengidap penyakit paru-paru. Aku bergegas menuju Si Butut karena itu satu-satunya kendaraan yang bisa untuk membawa Bapak ke rumah sakit. Sewaktu aku menaikinya, aku baru sadar bahwa tadi aku telah merusak semua ban Si Butut. Aku melukainya. Aku juga melukai Bapak.
            Aku hanya bisa menangis di samping Si Butut. Aku melihat Bapak dibawa menaiki motor tetanggaku. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu dengan Bapak. Aku berjanji akan merawat Si Butut jika Bapak sembuh nanti. Aku tidak akan menghiraukan lagi perkataan teman-temanku tentang Si Butut. Meskipun Si Butut berlumur tanah dari sawah, kedua bannya terselip rumput-rumput tua sisa Bapak mencabut rumput untuk makanan sapi, aku tidak akan malu lagi menaiki Si Butut.  Aku akan menurut setiap kali Bapak memintaku segera menaiki Si Butut untuk pergi ke sawah. Bahkan tanpa diminta pun aku akan dengan senang hati menaiki Si Butut. Aku berjanji akan mencintai Si Butut sama halnya Bapak mencintainya.
                                               ***
            “Bapak….ayo berangkat…” pagi-pagi sekali aku telah membersihkan seluruh tubuh Si Butut. Aku telah membersihkan sisa-sisa tanah di sekitar rantai Si Butut yang sudah tidak tertutup itu. Aku juga telah mengelap kedua bannya. Tidak lupa, aku memberinya pelicin biar semua orang tau bahwa Si Butut telah muda lagi.
            “Mengapa kamu selalu menyebut motor tua Bapak ini dengan sebutan Si Butut….”
            “Karena usianya setua Bapak”
            “Berarti kamu juga memanggil Bapakmu iki dengan sebutan Si Butut…”
            “Mungkin……heheh”Bapak tiba-tiba saja menjewer kupingku, Addow. Pagi itu adalah pagi terindah. Aku menaiki Si Butut dengan Bapak. Menyusuri jalanan desa, menderu diantara padi yang menghijau. Berkat Si Butut, Bapak tidak lagi berjalan kaki jika mengantar dan menjemputku ke sekolah. Bapak juga tidak perlu berjalan lama untuk pergi ke sawah. Ketika liburan tiba, Bapak selalu mengajakku ke pasar malam dengan Si Butut. Aku benar-benar merasakan Si Butut telah kembali muda seperti saat pertama kali Bapak memperkenalkan Si Butut padaku. Pada saat itu Bapak berkata “Dia akan menjadi bagian dari hidup kita” pada waktu itu aku masih terlalu kecil untuk memahami ucapan Bapak. Tetapi sekarang aku telah mengerti maksud ucapan Bapak. Dan aku berharap Si Butut akan selamanya menjadi bagian dari hidupku. Ya, hidupku dan Bapak.
           

Hipnotis ala Kaum Intelek


.




Mengubah orang yang alergi meminta maaf menjadi suka mengucapkan maaf, menjadikan tuan kikir menjadi dermawan, dan yang hobi menyebar gosip menjadi pandai menyimpan rahasia, serta membuat seseorang merasa lebih berani bersosialisai. Apakah dia teman, orangtua, atau pasangan. Ubahlah keadaan orang itu menjadi lebih baik untuk selamanya.

     Pernahkah merasakan kesal ketika salah satu teman di kampus mengingkari janjinya, merusakkan barang yang dipinjamnya, bahkan menghilangkannya, dan sampai detik ini tak kunjung ada kata maaf. Pernahkah kamu berfikir bahwa bagi sebagian orang, meminta maaf ibarat mencabut gigi sendiri. Jika kamu menginginkan seseorang mengucapkan kata “maafkan aku”, ajaklah dia ke kondisi yang menyenangkan hatinya. Setelah itu, ucapkan bahwa kamu sangat suka berteman dengan orang yang selalu mengakui kesalahnnya dan mau meminta maaf. Apabila hal itu masih belum bisa menggugah kata maaf dari mulutnya, ubahlah strategi. Tapi, perlu dicatat bahwa ini bukan hanya untuk jangka pendek, semakin sering seseorang meminta maaf, semakin mudah ia melakukannya. Usahakan taktik yang kamu lakukan kearah penyesalan. Ceritakan padanya sebuah cerita pendek yang bertujuan menyindir perilakunya, yang sengaja kamu “bumbui” untuk tujuan agar dia meminta maaf. “…tahukah kamu mengapa Marvin mengucapkan maaf akan suatu hal yang menurut kebanyakan orang itu merupakan hal yang biasa? karena menurut Marvin, dengan mengucapkan kata maaf, kita telah melegakan hati orang yang tersakiti… dan aku paling suka bagian itu”.
            Kita berteman tidak hanya dengan satu orang, semakin banyak teman, semakin beragam tipe teman yang kita temui, salah satunya teman yang selalu menyebar gosip. Tidak peduli itu fakta atau sekadar desas-desus, teman yang mempunyai hobi membicarakan kehidupan orang lain akan selalu menyebarkan berita “terbaru” yang menurutnya merupakan hiburan gratis. Selain itu, bagi seseorang yang hobi menyebar gosip memberikan efek perasaan berkuasa dan memberikan rasa nyaman atas perilakunya sendiri. Sebagai teman, tentu kadang ada perasaan risih mendengar semua omongannya yang belum tentu keakuratannya. Kalau itu terjadi pada dirimu, ucapkan padanya “Larita (sebutkan salah satu nama teman yang dijadikan bahan gosip) hebat karena dia adalah  orang yang tahu bagaimana cara menyimpan rahasia, aku senang sekali jika dia mengubah subjek ketika seseorang berbicara negatif tentang orang lain. Dia tidak terperangkap pada permainan gosip”, atau “Aku mendengar dari seseorang, aku sungguh tidak tahu dari siapa dan rumornya adalah kamu penggosip paling tenar di lingkungan ini, tapi aku yakin berita itu tidak benar”. Hal ini akan memberikan dorongan agar temanmu si bigos akan segera menghentikan kebiasaan jelaknya tersebut.
            “Kenapa sich temanku yang satu ini dari semester satu sampai sekarang semester enam tidak berubah, baik penampilan maupun cara bersikapnya, tetep aja kuper”, pernahkan terbesit pikiran seperti itu ketika kamu memandang salah satu teman yang selalu memilih duduk dipojok kelas. Kenapa kamu nggak mencoba merubahnya. Katakan padanya “wah ternyata kamu pandai menggunakan rumus-rumus (pilih satu kepandaian yang menurutmu agak menonjol)…maukah kamu mengajariku?”. Setelah itu, berikan dia gurauan yang membuat dirinya diakui. Semua orang akan merasa senang ketika orang lain kagum padanya dan orang tidak akan merasa canggung jika ia terlibat dalam bidang yang ia kuasai.
            Sekarang awal semester, banyak buku yang harus dibeli, bahkan berlebel “wajib”, kantong telah kering dan kiriman dari orangtua tidak bisa diandalkan, ditambah lagi ada satu teman yang paling repot membayar iuran kelompok, kepala rasanya dihantam bola bertubi-tubi. Tidak ada salahnya jika kamu mengatakan pada temanmu “sesungguhnya jika bukan karena tanggungjawabmu membayar iuran, aku tidak akan menarik iuran darimu”. Secara psikologis, “Tuan kikir” akan semakin kikir jika dicaci-maki perilakunya  dan semakin jauh kamu menegaskan kesan dirinya sebagai orang yang kikir. Dia tidak memiliki motivasi nyata untuk berubah. Oleh karena itu, ciptakan suasana yang mengubah sudut pandangnya agar dompetnya lebih longgar.
            Setiap perubahan yang diinginkan dari seseorang haruslah demi kepentingan orang tersebut, karena perubahan yang nyata dan awet hanya akan terjadi jika orang itu ingin menjadi lebih baik. Apabila membantu seseorang menjadi lebih baik, berarti dia telah menemukan bahwa dirinya memiliki pengaruh kuat untuk membantu hampir semua orang untuk hidup lebih bahagia .


Yang paling kita inginkan dalam hidup adalah seseorang yang akan mendorong kita melakukan apa yang dapat kita lakukan (Ralph Waldo Emerson)

                                                                              

Untuk Calon Suamiku


Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh....

Dear Cal0n Suamiku,,,

Bagaimana imanmu hari ini..??
Sudahkah harimu ini engkau awali dengan rasa syukur kepada Tuhan kita,karena dapat menatap kembali fananya hidup ini.
Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah ku genggam??

Wahai cal0n suamiku...
Taukah engkau betapa Tuhan mencintaiku dengan hebatnya?
Disini aku ditempa untuk menjadi dewasa,agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak.meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi namun kini kurasakan diri ini lebih baik...
Kadang aku bertanya kenapa Allah selalu mengujiku tepat dihatiku yang terapuh dariku.
Namun aku tahu jawabannya,,,,
Allah tau dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingatNya kembali mencintaiNya.Ujian demi ujian insya Allah membuatku lebih tangguh,Sehingga saat kelak kita bertemu,kau bangga telah memiliki aku dihatimu.

Cal0n suamiku...
Entah dimana dirimu sekarang,tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimna Dia mencintaiku.
Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh,hingga akupun bangga memilikimu kelak.
Apa yang kuharapkan darimu adalah keshalihan,Semoga sama halnya dengan dirimu,karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku,hanya kesia-siaan yang akan kau dapati.
Aku masih haus akan ilmu.Namun berbekal ilmu yang ada saat ini,aku berharap dapat menjadi istri yang mendapat keridhaan Allah dan dirimu,suamiku....

Wahai cal0n suamiku...
Saat aku masih menjadi asuhan kedua orang tuaku,tak lain berdoa agar menjadi anak yang sholehah,agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya diakhirat..
Namun kini,setelah menjadi istrimu nanti,aku berharap menjadi pendamping yang sholehah agar kelak diSurga cukup aku yang menjadi Bidadarimu,mendampingi dirimu yang sholeh.
Sebenarnya,aku ini juga pencemburu berat,tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai dari pada aku,aku ridha.Aku harap begitu pula dirimu.
Aku yakin kaulah yang ku butuhkan,meski kau bukanlah orang yang ku harapkan.

Cal0n suamiku yang dirahmati Allah...
Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita,takkan aku namai dengan gubuk derita,Karena itulah markas dakwah kita,dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih...
Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita.
Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal,dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah.
Bunga akan indah pada waktunya,,,Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman.Maka kini tengah ku persiapkan diri ini sebaik-baiknya bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.
Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik,Meski bukan umat yang terbaik tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.

Cal0n suamiku...
Lukis cintamu dengan kuas ketulusan
Ajari aku bahasa kepercayaan
Cintai keringatku, bukan wangiku
Aku ingin jadi orang pertama yang melihat rambutmu beruban
Gandeng tanganku saat aku tidak mampu lagi berjalan....

Inilah sekilas harapan yang kuukirkan dalam rangkaian kata.seperti kata orang,tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Itulah yang kini ku hadapi,kelak saat kita tengah bersama maka disitulah kau akan memahami diriku,sama halnya dengan diriku yang akan memahamimu.
Bersabarlah calon suamiku..Doaku selalu bersamamu.
Agar Allah memudahkan jalanmu tuk menjemputku sebagai bidadarimu..

Semoga Allah selalu menjaga imanmu,agar tak tersentuh yang bukan Mahrommu,meski hanya seujung kuku...
agar kau bisa mempersembahkan dirimu seutuhnya untukku..
Seperti halnya aku,yang ingin mempersembahkan diriku seutuhnya hanya untukkmu..

Sudah dulu ya calon suamiku...
Salam cintaku untukmu...

Wasalamualaikumm warahmatullah wabarakatuh...

Layang-layangku




Kenangan itu terbesit lagi di benak. Gulungan memori membentuk sebuah kenangan indah di masa lalu. Saat kita masih bersama. Ya, dia hadir kemudian terbang, dia hadir lagi dan terbang. Tanganku tak sanggup mengendalikan untaian benang yang kuulur. Angin berhembus terlalu kuat, mengombang-ambingkan layang-layangku. Akhirnya, benang yang kupegang putus, layang-layangku pun terbang tinggi. Layang-layangku terbang hingga hilang di pelupuk mata.


Kemarahan Alam Indonesia




Dimata negara luar, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan potensi alamnya. Berbondong-bondong warga asing pergi ke Indonesia untuk ikut menikmati betapa berlimpahnya hasil alam Indonesia. Dan memang jika ditelisik, dari bentangan sabang hingga ujung merauke, tidak dapat ditutupi betapa makmurnya bangsa Indonesia dengan tanah alam yang subur. Akan tetapi, sejauh ini tidak banyak penduduk Indonesia yang sadar akan kayanya negara sendiri, yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan kejayaan bagi penghuninya, yakni penduduk Indonesia.
            Saat ini, entah dosa apa yang telah dilakukan penduduk Indonesia sehingga alam meradang. Lihat saja diawal tahun, banjir menggenangi ibu kota dan beberapa kota di berbagai daerah. Banjir meluluh lantahkan rumah-rumah beserta isinya. Bahkan banjir juga merenggut beratus-ratus jiwa seperti yang terjadi di Wasior Papua Barat. Sampai detik ini, alam Indonesia masih menunjukkan kemarahannya, terbukti dengan meletusnya Gunung Merapi yang menewaskan belasan orang. Apakah ini semua sebuah pertanda bahwa alam Indonesia benar-benar marah?? Siapakah yang patut disalahkan dalam hal ini?
            Jika berpikir lebih lanjut, memang tak terhitung lagi berapa “tangan-tangan jail” yang telah menyebabkan alam Indonesia rusak, penebangan hutan besar-besaran, pembangunan gedung-gedung tinggi, dan tumpukan sampah dimana-mana. Alam sepertinya ingin menegur bangsa kita, bangsa Indonesia. Selama ini, bangsa Indonesia terlalu lelap dalam “kenikmatan kekuasaan” sehingga lupa akan tugasnya menjaga keutuhan alam. Sejenak kita sebagai penduduk Indonesia perlu merenung dan mengintrospeksi diri, apakah kita telah melaksanakan kewajiban sebagai penduduk Indonesia yang bertangggungjawab? Patutkah kita disebut sebagai bagian dari bangsa Indonesia?
           

Asal Bukan "S"


Itu perkara mudah, seperti membalikkan telapak tangan. Mengenai sistem pemerintahan yang semakin anjlok itu sebenarnya salah siapa, pemerintah ataukah rakyat. Tidak ada yang menjadi terdakwa dalam kasus ini, karena tidak adanya bukti bagi siapa untuk menyalahkan siapa. Kalaupun ada, akan sulit untuk menentukan tolok ukur kesalahan sebab saat ini kebenaran sudah menjadi hal yang subjektif.
            Jika tetap mau bersikukuh untuk mencari siapa terdakwa dalam kasus ini, dan siapa yang menjadi pahlawan, tentukanlah motif kebajikannya. Apakah sesuai dengan Undang-undang yang berlaku ataukah sekadar urusan ABS (Asal Bapak Senang). Memang, memberikan kebahagiaan bagi orang lain ialah peristiwa mulia, dilihat dari segi manapun, baik dalam kitab suci atau kitab pandangan manusia. Tapi jika diselingi senyuman dan sapaan, apalagi diselingi gerak-gerik serta gelagat yang membuat setiap orang bertanya-tanya, apakah itu tidak pantas dicurigai.
            Menilik kasus “ S” dalam rumah tangga. Ketika pada suatu saat seorang anak kecil menangis dan ternyata setelah diusut ia sedang kelaparan karena seharian sang ibu terlalu sibuk dengan pekerjaanya dikantor sehingga lupa memberi makan anaknya sendiri, lalu sang ibu segera menyuapi anaknya. Perilaku seorang ibu menyuapi anaknya tersebut ialah contoh kasus yang wajar dan tanpa diragukan lagi pasti mendapat persetujuan dari semua pihak.
            Kasus “S” yang kedua, terjadi pada pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan.  Pasangan suami istri yang tergolong baru menjalani dunia pernikahan, bagi mereka alam berserta perangkatnya seakan milik mereka berdua. Pagi, siang, sore, malam, ketika makan apapun mereka saling suap-suapan dan itu ialah perilaku yang sangat wajar, pasti semua sepakat karena dalam kasus ini tidak ada yang rugi atau untung.
            Perhatikan juga kasus “S” yang terjadi disebuah rumah yang didalamnya masih terdiri dari anggota keluarga lengkap. Berbaringlah seorang nenek tua dalam ranjang empuk tetapi harus disayangkan, dia tidak bisa menikmati hangatnya udara akibat lumpuh dan telah dimakan usia. Setiap jam makan, datanglah satu persatu anggota keluarga dengan system gilir untuk menyuapi sang nenek. Nenek begitu bahagia dengan perlakuan anak dan cucunya tersebut. Kasus semacam ini tidak dapat diragukan lagi, pasti tidak akan ada yang protes jika digologkan kedalam kasus yang wajar. Setuju.
            Masih mengenai “S”. Di suatu desa yang damai berdirilah sebuah sekolah dengan kondisi rusak disisi kanan kirinya. Murid dan guru hidup berdampingan tanpa balas pamrih. Pada suatu hari terdengar kabar bahwa salah satu murid jatuh sakit akibat rumahnya diguyur banjir dan tidak mendapatkan bantuan kesehatan. Di hari yang ditentukan, guru memberi aba-aba kepada murid yang lain untuk menjenguk si murid yang sakit. Akhirnya bertemulah murid yang sakit dengan rombongan penjenguk. Berbahagialah murid yang sakit tersebut, dibawakan buah-buahan dan bubur kacang ijo. Salah satu murid berinisiatif untuk menyuapi si murid yang sakit, maka bertambah senang hati murid yang sedang sakit itu. Sikap seperti ini ialah bentuk kasih sayang yang tercermin lewat kasus “S”. Kasus “S” yang memang wajar dilakukan setiap orang.
             “S” tidak bisa diterima jika lebih dari kejahatan. Artinya “S” menjadi batas seseorang apakah pantas disebut sebagai pelaku kejahatan ataukah tidak. Bersedihlah bagi orang-orang yang berada pada taraf ini, karena kebahagiaan yang ia dapat tidak akan bertahan sampai anak cucu. Oleh karena itu, bersiap-siaplah untuk mendapat cobaan lewat tahta yang ia pangku.
            “S” tidak bisa diterima jika kurang dari kebaikan. Maksud dari pernyataan tersebut bahwa golongan “S” hanya berkutat pada daerah minim perilaku baik. Segala yang dilakukan belum memberi pengaruh positif bagi semua orang sehingga belum layak diterima dimata masyarakat.
            Betapa mulia dan bahagianya orang-orang yang menjalani hidup dengan aktifitas “S” karena pada dasarnya “S” selalu membawa keberuntungan bagi siapa saja, baik tua-muda, kaya-miskin, atau pintar-bodoh. “S” menjaga terjalinnya hubungan yang harmonis,
            Artinya semua S bisa diterima asal bukan S (SUAP) yang bergerak dalam bidang keuangan yang mengakibatkan sistem ekonomi negara melemah.

Si Butut


“Nia, ayo berangkat…..” berkali-kali Bapak memanggilku agar segera keluar. Tapi aku tetap bersikukuh tidak mau keluar dari kamar. Aku mematung berjam-jam di dalam kamar, melamun, menggerutu, bahkan memaki-maki. Bukan tanpa alasan aku melakukan hal itu, sudah sering kali aku mengeluh tentang Si Butut itu. Tetapi tetap saja Si Butut masih bertengger di dalam rumah. Aku muak melihat badannya yang penuh jaitan dimana-mana. Apalagi dengan warna kulitnya yang sudah tidak layak dipandang mata. Ditambah lagi suaranya yang terdengar sengau di telinga membuatku semakin meradang. Cara berjalannya sudah tidak semenarik dulu. Bahkan sekarang lebih mirip seekor bebek pincang yang menyeret-nyeret kakinya. Aku berani jamin kalau Si Butut sudah tidak akan laku lagi di pasaran.
            Lagi-lagi Bapak memanggil-manggil namaku. Kali ini tidak hanya memanggil, tapi juga menyeret tanganku. Menyuruhku untuk segera menaiki Si Butut. Tanpa harus menaikinya saja aku bisa merasakan bagaimana sakitnya pantatku nanti jika menaikinya. Akan tetapi yang lebih sakit lagi adalah perasaanku. Aku tidak berani membayangkan bagaimana orang-orang di penjuru desa membicarakanku. Aku dengan Si Butut.
            Aku sudah berkali-kali bilang ke Bapak agar segera menjual Si Butut. Kalaupun harganya turun, itu lebih baik. Daripada aku harus melihatnya berlama-lama di dalam rumah. Bapak selalu diam ketika aku bersikeras menyuruh menjual Si Butut. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Bapak. Yang jelas, timbul suatu kesimpulan dalam pikiranku bahwa orang tua selalu menyukai hal-hal yang sepadan dengan umurnya. Tapi aku tidak dapat membuktikan kebenaran pikiranku itu. Pernah suatu ketika aku berniat menyelakai Si Butut. Aku potong kabel-kabel yang melingkar di sekitar tubuhnya, baru aku memegang gunting dan tinggal selangkah lagi rencanaku aku berhasil, tiba-tiba saja Bapak muncul dari arah belakang Si Butut. Ah, rencanaku gagal. Tapi bukan aku kalau putus asa sampai di situ. Aku masih punya segudang strategi untuk melenyapkan Si Butut dari rumahku.
            Pagi memang cerah, akan lebih cerah lagi jika niatku melenyapkan Si Butut berhasil. Setiap pagi, Bapak selalu meluangkan waktu menikmati kopi tubruk sebelum berangkat ke sawah. Pada saat itulah aku akan melancarkan serangan. Kali ini bukan kabel yang akan menjadi sasaranku, tapi kaki Si Butut. Ya, aku akan mengempeskan ban  Si Butut. Seandainya rencanaku ini sukses, aku akan melakukannya setiap hari. Lama-kelamaan, Bapak akan mengira bahwa Si Butut memang benar-benar harus dijual. Hahahaha
            Hari itu entah kenapa hatiku merasa gelisah. Seharusnya aku senang karena berhasil melancarkan misiku menghancurkan Si Butut setelah beberapa kali gagal. Aku memandang wajah Bapak. Beliau masih duduk tenang sambil memegang semangkir kopi kesukaannya. Ya, kopi tumbruk buatan Ibu. Wajah Bapak nampak berbeda dari hari-hari saat aku melihatnya meminum kopi sebelumnya. Tiba-tiba saja aku mendengar benda keras terjatuh. Aku mencari arah suara itu. Ternyata gelas yang dipegang Bapak. Aku berlari menuju Bapak. Bapak telah tergeletak di samping kursi rotan. Aku berteriak. Aku memanggil-manggil semua orang yang mungkin dapat mendengar suaraku. Seorang tetangga mengusulkan membawa Bapak ke rumah sakit. Bapak harus segera dibawa ke rumah sakit. Bapak memang telah lama mengidap penyakit paru-paru. Aku bergegas menuju Si Butut karena itu satu-satunya kendaraan yang bisa untuk membawa Bapak ke rumah sakit. Sewaktu aku menaikinya, aku baru sadar bahwa tadi aku telah merusak semua ban Si Butut. Aku melukainya. Aku juga melukai Bapak.
            Aku hanya bisa menangis di samping Si Butut. Aku melihat Bapak dibawa menaiki motor tetanggaku. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu dengan Bapak. Aku berjanji akan merawat Si Butut jika Bapak sembuh nanti. Aku tidak akan menghiraukan lagi perkataan teman-temanku tentang Si Butut. Meskipun Si Butut berlumur tanah dari sawah, kedua bannya terselip rumput-rumput tua sisa Bapak mencabut rumput untuk makanan sapi, aku tidak akan malu lagi menaiki Si Butut.  Aku akan menurut setiap kali Bapak memintaku segera menaiki Si Butut untuk pergi ke sawah. Bahkan tanpa diminta pun aku akan dengan senang hati menaiki Si Butut. Aku berjanji akan mencintai Si Butut sama halnya Bapak mencintainya.
                                               ***
            “Bapak….ayo berangkat…” pagi-pagi sekali aku telah membersihkan seluruh tubuh Si Butut. Aku telah membersihkan sisa-sisa tanah di sekitar rantai Si Butut yang sudah tidak tertutup itu. Aku juga telah mengelap kedua bannya. Tidak lupa, aku memberinya pelicin biar semua orang tau bahwa Si Butut telah muda lagi.
            “Mengapa kamu selalu menyebut motor tua Bapak ini dengan sebutan Si Butut….”
            “Karena usianya setua Bapak”
            “Berarti kamu juga memanggil Bapakmu iki dengan sebutan Si Butut…”
            “Mungkin……heheh”Bapak tiba-tiba saja menjewer kupingku, Addow. Pagi itu adalah pagi terindah. Aku menaiki Si Butut dengan Bapak. Menyusuri jalanan desa, menderu diantara padi yang menghijau. Berkat Si Butut, Bapak tidak lagi berjalan kaki jika mengantar dan menjemputku ke sekolah. Bapak juga tidak perlu berjalan lama untuk pergi ke sawah. Ketika liburan tiba, Bapak selalu mengajakku ke pasar malam dengan Si Butut. Aku benar-benar merasakan Si Butut telah kembali muda seperti saat pertama kali Bapak memperkenalkan Si Butut padaku. Pada saat itu Bapak berkata “Dia akan menjadi bagian dari hidup kita” pada waktu itu aku masih terlalu kecil untuk memahami ucapan Bapak. Tetapi sekarang aku telah mengerti maksud ucapan Bapak. Dan aku berharap Si Butut akan selamanya menjadi bagian dari hidupku. Ya, hidupku dan Bapak.
           

Hipnotis ala Kaum Intelek




Mengubah orang yang alergi meminta maaf menjadi suka mengucapkan maaf, menjadikan tuan kikir menjadi dermawan, dan yang hobi menyebar gosip menjadi pandai menyimpan rahasia, serta membuat seseorang merasa lebih berani bersosialisai. Apakah dia teman, orangtua, atau pasangan. Ubahlah keadaan orang itu menjadi lebih baik untuk selamanya.

     Pernahkah merasakan kesal ketika salah satu teman di kampus mengingkari janjinya, merusakkan barang yang dipinjamnya, bahkan menghilangkannya, dan sampai detik ini tak kunjung ada kata maaf. Pernahkah kamu berfikir bahwa bagi sebagian orang, meminta maaf ibarat mencabut gigi sendiri. Jika kamu menginginkan seseorang mengucapkan kata “maafkan aku”, ajaklah dia ke kondisi yang menyenangkan hatinya. Setelah itu, ucapkan bahwa kamu sangat suka berteman dengan orang yang selalu mengakui kesalahnnya dan mau meminta maaf. Apabila hal itu masih belum bisa menggugah kata maaf dari mulutnya, ubahlah strategi. Tapi, perlu dicatat bahwa ini bukan hanya untuk jangka pendek, semakin sering seseorang meminta maaf, semakin mudah ia melakukannya. Usahakan taktik yang kamu lakukan kearah penyesalan. Ceritakan padanya sebuah cerita pendek yang bertujuan menyindir perilakunya, yang sengaja kamu “bumbui” untuk tujuan agar dia meminta maaf. “…tahukah kamu mengapa Marvin mengucapkan maaf akan suatu hal yang menurut kebanyakan orang itu merupakan hal yang biasa? karena menurut Marvin, dengan mengucapkan kata maaf, kita telah melegakan hati orang yang tersakiti… dan aku paling suka bagian itu”.
            Kita berteman tidak hanya dengan satu orang, semakin banyak teman, semakin beragam tipe teman yang kita temui, salah satunya teman yang selalu menyebar gosip. Tidak peduli itu fakta atau sekadar desas-desus, teman yang mempunyai hobi membicarakan kehidupan orang lain akan selalu menyebarkan berita “terbaru” yang menurutnya merupakan hiburan gratis. Selain itu, bagi seseorang yang hobi menyebar gosip memberikan efek perasaan berkuasa dan memberikan rasa nyaman atas perilakunya sendiri. Sebagai teman, tentu kadang ada perasaan risih mendengar semua omongannya yang belum tentu keakuratannya. Kalau itu terjadi pada dirimu, ucapkan padanya “Larita (sebutkan salah satu nama teman yang dijadikan bahan gosip) hebat karena dia adalah  orang yang tahu bagaimana cara menyimpan rahasia, aku senang sekali jika dia mengubah subjek ketika seseorang berbicara negatif tentang orang lain. Dia tidak terperangkap pada permainan gosip”, atau “Aku mendengar dari seseorang, aku sungguh tidak tahu dari siapa dan rumornya adalah kamu penggosip paling tenar di lingkungan ini, tapi aku yakin berita itu tidak benar”. Hal ini akan memberikan dorongan agar temanmu si bigos akan segera menghentikan kebiasaan jelaknya tersebut.
            “Kenapa sich temanku yang satu ini dari semester satu sampai sekarang semester enam tidak berubah, baik penampilan maupun cara bersikapnya, tetep aja kuper”, pernahkan terbesit pikiran seperti itu ketika kamu memandang salah satu teman yang selalu memilih duduk dipojok kelas. Kenapa kamu nggak mencoba merubahnya. Katakan padanya “wah ternyata kamu pandai menggunakan rumus-rumus (pilih satu kepandaian yang menurutmu agak menonjol)…maukah kamu mengajariku?”. Setelah itu, berikan dia gurauan yang membuat dirinya diakui. Semua orang akan merasa senang ketika orang lain kagum padanya dan orang tidak akan merasa canggung jika ia terlibat dalam bidang yang ia kuasai.
            Sekarang awal semester, banyak buku yang harus dibeli, bahkan berlebel “wajib”, kantong telah kering dan kiriman dari orangtua tidak bisa diandalkan, ditambah lagi ada satu teman yang paling repot membayar iuran kelompok, kepala rasanya dihantam bola bertubi-tubi. Tidak ada salahnya jika kamu mengatakan pada temanmu “sesungguhnya jika bukan karena tanggungjawabmu membayar iuran, aku tidak akan menarik iuran darimu”. Secara psikologis, “Tuan kikir” akan semakin kikir jika dicaci-maki perilakunya  dan semakin jauh kamu menegaskan kesan dirinya sebagai orang yang kikir. Dia tidak memiliki motivasi nyata untuk berubah. Oleh karena itu, ciptakan suasana yang mengubah sudut pandangnya agar dompetnya lebih longgar.
            Setiap perubahan yang diinginkan dari seseorang haruslah demi kepentingan orang tersebut, karena perubahan yang nyata dan awet hanya akan terjadi jika orang itu ingin menjadi lebih baik. Apabila membantu seseorang menjadi lebih baik, berarti dia telah menemukan bahwa dirinya memiliki pengaruh kuat untuk membantu hampir semua orang untuk hidup lebih bahagia .


Yang paling kita inginkan dalam hidup adalah seseorang yang akan mendorong kita melakukan apa yang dapat kita lakukan (Ralph Waldo Emerson)